Rabu 22 Jan 2020 13:11 WIB

Sembilan Orang Meninggal di China Akibat Virus Corona

Korban jiwa akibat virus corona di China bertambah menjadi sembilan pada Rabu (22/1)

Rep: Antara/ Red: Christiyaningsih
Korban jiwa akibat virus corona di China bertambah menjadi sembilan pada Rabu (22/1). Ilustrasi.
Foto: medicmagic.net
Korban jiwa akibat virus corona di China bertambah menjadi sembilan pada Rabu (22/1). Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Korban jiwa akibat virus corona di China bertambah menjadi sembilan pada Rabu (22/1), dengan 440 kasus yang terkonfirmasi. Demikian kata pejabat kesehatan China. Pihak berwenang meningkatkan upaya untuk mengendalikan wabah dengan mengurangi pertemuan publik di provinsi Hubei.

"Sebanyak 2.197 kasus lain dari kontak dekat dengan pasien telah dikonfirmasi dan ada bukti penyaluran pernafasan dari virus," kata wakil menteri Komisi Kesehatan Nasional Li Bin kepada wartawan.

Baca Juga

Saat China berjanji untuk memperketat tindakan pencegahan di rumah sakit, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) akan mengadakan pertemuan darurat pada Rabu untuk menentukan apakah wabah virus corona baru sebagai keadaan darurat kesehatan global.

Virus itu yang berasal dari pusat kota Wuhan di Hubei pada akhir tahun lalu. Virus telah menyebar ke kota-kota China termasuk Beijing dan Shanghai, serta Amerika Serikat, Thailand, Korea Selatan, Jepang, dan Taiwan.

Pemerintah China telah menyediakan informasi harian tentang jumlah kasus dalam upaya untuk mencegah kepanikan publik. Merebaknya virus corona bertepatan dengan jutaan orang yang bersiap melakukan perjalanan di dalam dan luar negeri untuk perayaan Tahun Baru Imlek negara itu yang dimulai pekan ini.

Hubei telah diminta untuk meminimalkan pertemuan publik dan orang-orang di seluruh negeri didesak untuk menghindari daerah padat penduduk, kata komisi kesehatan. China juga akan meningkatkan kerja sama dengan WHO, ungkap Li menambahkan.

Pejabat yang diketahui telah menutupi infeksi akibat virus corona akan menjadi "orang berdosa untuk selamanya di hadapan partai dan rakyat". Demikian dinyatakan Komisi Politik dan Hukum Pusat Partai Komunis China dalam sebuah unggahan di akun media sosial WeChat-nya yang kemudian dihapus.

"Saya tidak yakin bahwa kita bisa mengharapkan lebih banyak dari mereka pada tahap ini, terutama ketika mereka fokus pada upaya menanggapi wabah dan berusaha menahan penyebarannya sebelum perayaan Tahun Baru Imlek," kata Adam Kamradt- Scott, seorang ahli penyakit menular di Pusat Studi Keamanan Internasional di Universitas Sydney.

Kekhawatiran akan pendemi yang mirip dengan wabah Sindrom Pernafasan Akut Parah (SARS) yang dimulai di China dan menewaskan hampir 800 orang pada 2002-2003 telah mengguncang pasar global. Saham barang-barang mewah dan penerbangan terkena dampak sangat keras dan nilai mata uang China Yuan jatuh.

WHO mengatakan pada Selasa bahwa virus corona baru kemungkinan akan menyebar ke bagian lain China dan mungkin negara lain dalam beberapa hari mendatang. Juru bicara WHO Tarik Jasarevic mengatakan kasus baru akan muncul seiring peningkatan pengawasan yang dilakukan China.

"Jika Anda meningkatkan pengawasan dan pengujian, Anda cenderung mendapatkan angka baru," tambahnya.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement