Rabu 22 Jan 2020 13:39 WIB

Permintaan Atraksi Barongsai Meningkat Jelang Imlek

Kelompok kesenian barongsai di Pekanbaru menerima banyak permintaan untuk tampil

Rep: Antara/ Red: Christiyaningsih
Kelompok kesenian barongsai di Pekanbaru menerima banyak permintaan untuk tampil jelang Imlek. Ilustrasi.
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Kelompok kesenian barongsai di Pekanbaru menerima banyak permintaan untuk tampil jelang Imlek. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Kelompok kesenian barongsai di Kota Pekanbaru, Riau, menerima banyak permintaan untuk tampil meramaikan perayaan Tahun Baru Imlek 2571. Permintaan itu datang dari dalam negeri hingga ke mancanegara.

"Momen Imlek ini paling banyak tampil, tidak hanya di Pekanbaru karena 23 Januari ini kami juga akan tampil di Malaysia," kata pelatih kelompok Barongsai Nam Wah, Sudiandy, yang ditemui saat latihan di Vihara Tridharma Dewi Sakti, Pekanbaru pada Selasa (21/1) malam.

Baca Juga

Permintaan untuk tampil meningkat dari hari biasa yang hanya satu kali bahkan kadang tidak ada permintaan sama sekali. Untuk satu kali penampilan, tarif berkisar Rp 2,5 juta sampai Rp3 juta.

Meski permintaan untuk tampil meningkat, patokan tarif disesuaikan dengan kemampuan pengundang. Tarif untuk tampil di tempat peribadatan seperti vihara dan tepekong biasanya jauh lebih rendah. "Di tempat ibadah dan panti asuhan tak ada tarif sewaan, disesuaikan dengan kemampuan yang mengundang," ujarnya.

Ia menjelaskan di Kota Pekanbaru ada lima kelompok perguruan barongsai. Nam Wah baru dibentuk pada 2018 yang berawal dari lima orang anggota dan kini berkembang menjadi 26 orang.

"Latihan rutin pada Senin, Rabu, dan Jumat. Tapi karena mau Imlek, kami latihan setiap hari," ujar Sudiandy.

Dia menjelaskan,kesenian barongsai kini sudah diakui pemerintah Indonesia sebagai salah satu cabang olahraga. Barongsai menginduk di bawah Federasi Olahraga Barongsai Indonesia dan sudah dipertandingkan di ajang Pekan Olahraga Nasional (PON) XIX Jawa Barat pada 2016.

Karena itu, barongsai tidak bisa tampil sembarangan. Barongsai tidak boleh keliling ke toko-toko secara sembarangan seperti pengamen jalanan. "Karena itu bisa merusak citra barongsai," katanya.

Karena sudah berupa olahraga, barongsai lebih terbuka untuk siapa saja yang ingin bergabung dan anggotanya beragam dari berbagai latar belakang suku dan agama. Di tim Nam Wah setidaknya ada dua anggotanya yang bukan keturunan tionghoa. Salah satunya adalah Rama yang berusia 14 tahun.

"Saya baru tiga bulan latihan untuk cari pengalaman. Saya tertarik karena diajak teman latihan," kata siswa kelas 8 ini.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement