REPUBLIKA.CO.ID, GUNUNG KIDUL -- Pedagang daging di Pasar Argosari Wonosari, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta mengeluhkan anjloknya permintaan daging sapi dan kambing pascamerebaknya kasus antraks.
Pedagang daging kambing di Pasar Argosari Wonosari Rubiyanti mengatakan sejak seminggu terakhir, permintaan daging kambing anjlok. "Biasanya dalam satu minggu, saya bisa menyembelih lima hingga enam ekor kambing. Tapi sejak kasus antraks ramai menjadi perbincangan masyarakat, permintaan turun drastis. Seminggu ini saya hanya menyembelih satu ekor," kata Rubiyanti, Rabu (22/1).
Ia mengatakan harga daging kambing tidak berubah, yakni Rp 120 ribu per kilogram untuk kualitas premium. Pembeli biasanya pedagang sate dan rumah makan.
Ia menjamin kualitas daging kambing yang dijualnya bagus dan terjaga karena yang menyembelih keluarganya. "Kambing yang disembelih sehat dan kualitas daging kambing juga bagus," katanya.
Hal yang sama diungkapkan pedagang daging sapi Pasar Argosari Waginem. Sebelum ada kasus antraks, dalam sehari bisa menjual lebih dari 25 kilogram, kalau sekarang tidak lebih dari lima kilogram.
Dirinya bersama empat orang pedagang lainnya menyembelih sapi sehat. Nantinya daging dibagi dan dijual ke pedagang yang lain.
Saat ini harga daging sapi Rp 125 ribu sampai Rp 130 ribu per kilogram. Ia menjamin kesehatan daging yang dijualnya.
"Kasus antraks ini memang sangat berdampak pada pedagang daging sapi atau kambing. Kami hanya bisa pasrah," katanya.
Wakil Bupati Gunung Kidul Immawan Wahyudi mengatakan pemkab mengintensifkan kampanye makan daging sehat di mana saja dan kapan saja, baik saat bertemu dengan PNS dan masyarakat. Ia juga mengaku dirinya diri makan di warung.
Ia mengimbau masyarakat tidak mengonsumsi daging yang berasal dari ternak yang sakit atau mati. "Daging di Gunung Kidul sehat, jangan takut mengonsumsi daging," katanya.