Rabu 22 Jan 2020 18:40 WIB

Sahroni: Demo Warga Tanjung Priok tak Ada yang Memobilisasi

Sahroni mengatakan demo warga Tanjung Priok terhadap Menkumham tak ada memobilisasi.

Rep: Arif Satrio Nugroho/ Red: Bayu Hermawan
Warga Tanjung Priok melakukan aksi di depan gedung Kemenkumham, Jakarta, Rabu (22/1/2020).
Foto: WAHYU PUTRO A/ANTARA FOTO
Warga Tanjung Priok melakukan aksi di depan gedung Kemenkumham, Jakarta, Rabu (22/1/2020).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Komisi III DPR Ahmad Sahroni mengatakan, unjuk rasa warga Tanjung Priok, Jakarta Utara, ke kantor Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham) di Kuningan, Jakarta Selatan, murni tanpa ada yang memobilisasi. Sahroni mengatakan, unjuk rasa itu muncul dari kekecewaan warga Tanjung Priok terhadap pernyataan Yasonna.

"Unjuk rasa di depan kantor Kementerian Hukum dan HAM atas label Tanjung Priok penghasil kriminalitas merupakan gambaran bentuk kegelisahan masyarakat. Saya yakin unjuk rasa itu murni pergerakan masyarakat tanpa apa pihak yang memobilisasi," kata Sahroni ssat dihubungi, Rabu (22/1).

Baca Juga

Bukan hanya warga Tanjung Priok, kata Sahroni, masyarakat manapun juga akan bergerak menyuarakan kritikannya bila daerah tempatnya lahir, tumbuh, dan menetap dituding dengan label negatif. Sebagai seorang akademisi bergelar profesor yang juga menjabat seorang menteri, Sahroni menilai, sepatutnya Yasonna memberi contoh tanpa menggeneralisasi daerah tertentu.

"Sebagai pejabat publik, kita sepatutnya memang benar-benar menjaga pernyataan kita sehingga tidak memunculkan dampak sosial hingga berujung unjuk rasa," kata politikus Nasdem itu.

Pada masa lalu, diakui Sahroni, Tanjung Priok memang lekat dengan julukan daerah slum atau perkampungan dengan premanisme tinggi. Namun, sebuah daerah dapat berkembang menjadi lebih baik. Menurut Sahroni, berdasarkan data BPS, Tanjung Priok menunjukkan tingkat keamanan lebih baik dibandingkan dengan Menteng saat ini.

Perekonomian di Tanjung Priok, disebut Sahroni, juga telah meningkat, yang salah satunya tampak dari sektor properti. Lagi-lagi data BPS terbaru menyebutkan Kecamatan Tanjung Priok saat ini memiliki tujuh kompleks apartemen dan 18 kawasan elite, hanya kalah dari Kecamatan Kelapa Gading memiliki 10 kompleks apartemen dan 45 kawasan elite, Kecamatan Penjaringan memiliki 17 komplek Apartemen dan 61 kawasan elite.

"Logikanya sederhana saja, orang tidak akan mau berinvetasi kalau tidak aman. Dan yang tak kalah penting Pelabuhan Tanjung Priok menjadi barometer dan penopang perekonomian Indonesia," kata Sahroni.

Sebelumnya, Yasonna Laoly menyebut kemiskinan sebagai salah satu penyebab maraknya tindakan kriminal. Hal itu disampaikan Yasonna saat mengunjungi Lapas Klas IIA Cipinang, Jakarta, pada Kamis (16/1).

Yasonna memaparkan bahwa kriminal timbul dari permasalahan sosial yang terjadi di masyarakat. Ia mencontohkan perbedaan anak yang lahir dari kawasan Tanjung Priok yang terkenal keras dan Menteng yang terkenal sebagai kawasan elit yang akan tumbuh berbeda. Menurut dia, anak dari Tanjung Priok lebih berpotensi melahirkan kriminal.

"Itu sebabnya kejahatan lebih banyak terjadi di daerah-daerah miskin. Slum areas (daerah kumuh), bukan di Menteng. Anak-anak Menteng tidak, tapi coba pergi ke Tanjung Priok. Di situ ada kriminal, lahir dari kemiskinan," kata Yasonna dalam sambutannya, Kamis.

Yasonna pun mengatakan, pada dasarnya kejahatan merupakan buah dari produk permasalahan sosial. Maka itu, Yasonna pun meminta masyarakat untuk turut serta bertanggung jawab bersama-sama untuk meminimalisasi timbulnya kejahatan. "Sebagai problem sosial masyarakat kita semua punya tanggung jawab soal itu," ujar Yasonna.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement