Kamis 23 Jan 2020 03:15 WIB

Debat Kubu Demokrat dan Republik di Sidang Pemakzulan Trump

Ketika Senat AS tengah gelar sidang pemakzulan Trump, kubu Demokrat menuduh kubu Republik mencoba mempercepat proses persidangan dan mempersulit saksi-saksi dan bukti-bukti untuk dihadirkan.

Rep: deutsche welle/ Red: deutsche welle
picture-alliance/abaca/CNP/US Senate Television
picture-alliance/abaca/CNP/US Senate Television

Anggota Senat Amerika Serikat berkumpul di Gedung Capitol, Washington dalam sidang pemakzulan Presiden AS, Donald Trump. Mereka berdebat dan mengambil suara atas tata aturan sidang yang disepakati pada hari Rabu dini hari, yang diajukan oleh ketua kubu Republik, Mitch McConnell.

McConnell, mengusulkan adanya agenda penyampaian argumen pembuka, di mana jaksa penuntut dari kubu Demokrat maupun pihak kuasa hukum Trump memiliki masing-masing 24 jam selama dua hari untuk menyampaikan argumen mereka. Usulan McConnell lantas disetujui berdasarkan hasil pemungutan suara yang menyatakan 53 anggota kubu Republik mendukung tata aturan tersebut, sementara 47 anggota kubu Demokrat menolaknya.

Namun, menyusul protes dari kedua kubu saat persidangan digelar, McConnell tiba-tiba mengubah usulannya dengan menambahkan hari ketiga untuk agenda penyampaian argumen pembuka.

Dalam perubahan tata aturan yang tiba-tiba ketika persidangan dimulai ini, McConnell mengatakan cukup bukti-bukti dimasukkan dalam catatan persidangan, sehingga tidak membutuhkan lagi pemungutan suara. Kubu Demokrat yang sejak awal ngotot untuk memakzulkan Trump, mengatakan bahwa usulan McConnell yang gagal menjamin bukti-bukti yang dikumpulkan tim penyelidik juga akan dicatat.

Ketua DPR AS, Nancy Pelosi, menyebut agenda tersebut "dipersingkat secara tidak masuk akal" dan mengatakan setiap senator yang mendukung usulan tersebut tidak bermaksud untuk "benar-benar mempertimbangkan bukti yang memberatkan" Trump.

Ini merupakan ketiga kalinya dalam sejarah Amerika Serikat, seorang presiden harus berhadapan dengan sidang pemakzulan dirinya.

Baca juga: Bagaimana Prosedur Impeachment di Amerika Serikat?

Sebuah sidang tanpa hadirnya saksi-saksi?

Pemimpin senat dari kubu Demokrat, Chuck Schumer, mengecam usulan McConnell dan menyebutnya sebagai "aib negara." Schumer menuduh McConnell mempercepat jalannya proses persidangan dan "sangat ingin" mempersulit saksi-saksi dan bukti-bukti untuk dihadirkan.

Senada dengan Schummer, salah satu pimpinan DPR AS yang juga anggota kongres dari kubu Demokrat, Adam Schiff, turut mengecam tata cara persidangan tersebut.

"Ini bukan proses untuk persidangan yang adil," katanya. "Ini adalah proses sebuah persidangan yang dicurangi. Ini adalah proses jika Anda tidak ingin rakyat Amerika melihat bukti."

Setelah argumen pembukaan, para senator memiliki waktu hingga 16 jam untuk mengajukan pertanyaan kepada jaksa penuntut dan pembela, kemudian dilanjutkan dengan empat jam sesi debat.

McConnell masih meminta Senat AS untuk memilih apakah akan menyetujui adanya bukti tambahan atau saksi dalam persidangan disusul argumen pembukaan dan pertanyaan dari anggota parlemen. Kubu Demokrat telah meminta pemungutan suara dilakukan sebelum argumen pembukaan, dan mengatakan kubu Republik menggunakan taktik menunda untuk mencegah saksi bersaksi.

Setelah melewati malam yang panjang, kubu Republik tetap menolak usulan kubu Demokrat untuk menghadirkan bukti-bukti maupun saksi dari dari Gedung Putih, Departemen Luar Negeri, Departemen Pertahanan, dan Kantor Manajemen dan Anggaran mengenai hubungan Trump dan Ukraina.

Ketua Mahkamah Agung AS, Roberts, yang memimpin jalannya persidangan, bahkan harus memperingatkan kedua belah pihak dengan mengatakan mereka harus "mengingat di mana mereka berada," setelah satu perdebatan sengit antara angota DPR dari kubu Demokrat dengan kuasa hukum Trump.

"Saya pikir pantas pada titik ini bagi saya untuk memperingatkan para anggota DPR dan kuasa hukum presiden dalam hal yang setara untuk mengingat bahwa mereka sedang berbicara dengan badan musyawarah terbesar di dunia," kata Roberts, menambahkan bahwa mereka harus "menghindari berbicara dengan cara yang tidak sopan dan menggunakan bahasa yang tidak pantas.''

Kubu Demokrat ingin kesaksian pejabat kunci pemerintahan Trump dimasukkan dalam catatan pengadilan. Jaksa penuntut percaya bahwa kesaksian Plt Kepala Staf Gedung Putih Mick Mulvaney dan mantan penasihat keamanan nasional John Bolton memiliki informasi penting terkait transaksi Trump dengan Ukraina.

Ada 100 senator di majelis tinggi AS, di mana kubu Republik menjadi kubu mayoritas dengan total 53 senatornya. Ini menunjukkan bahwa harus ada empat orang senator Republik yang bergabung dengan kubu Demokrat untuk mencapai angka 51 suara. Angka 51 adalah angka yang dibutuhkan kubu Demokrat untuk menghadirkan saksi-saksi dan penyerahan bukti tambahan dari tim penyelidik.

Mengapa Trump dimakzulkan?

Kubu Demokrat Demokrat sepakat untuk memakzulkan Trump atas dua tuduhan: penyalahgunaan kekuasaan dengan menahan bantuan militer AS ke Ukraina, dengan menekan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky untuk membantunya memenangkan pemilu 2020; dan menghalangi Kongres dengan menolak bekerja sama dalam penyelidikan.

Sebelumnya, Schumer menyebut tuduhan yang dialamatkan terhadap Trump adalah "kejahatan terhadap demokrasi." Belum diketahui kapan seluruh proses sidang pemakzulan ini akan berakhir. Namun, diketahui sidang akan berlangsung selama enam hari dalam seminggu, dari Senin hingga Sabtu. Dalam hasil yang diharapkan secepat mungkin, Senat AS dapat memutuskan untuk menghukum atau membebaskan Trump atas tuduhan di akhir bulan Januari.

Trump dapat dimakzulkan jika dua pertiga suara senat memutuskan demikian. Namun nampaknya hal tersebut urung terjadi karena suara Republik, kubu yang mendukung Trump, unggul 53-47 dari kubu Demokrat.

Baca juga:Dua Pembantu Penting AS Bersaksi tentang Percakapan "Tidak Pantas" yang Dilakukan Trump

rap/ (AP, AFP, Reuters)

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan deutsche welle. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab deutsche welle.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement