REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING – Kematian akibat infeksi virus korona jenis baru dilaporkan pemerintah China pada Rabu (22/1) mencapai 17 orang dengan jumlah kasus infeksi sebanyak 540. Untuk mencegah penyebaran virus kian meluas, pemerintah China memutuskan untuk menutup sementara jaringan transportasi dan menangguhkan penerbangan.
Bandara, stasiun kereta api, jaringan bus, kereta bawah tanah, kapal feri, dan transportasi umum lainnya akan ditutup sementara mulai 23 Januari. Pemerintah juga mengimbau warga Wuhan untuk meminimalisasi aktivitas di luar rumah dan tidak berpergian keluar Wuhan kecuali jika ada kegiatan khusus.
“Langkah itu dimaksudkan untuk memutus penularan virus secara efektif. Kami secara tegas mengekang penyebaran epidemi dan memastikan kesehatan juga keselamatan masyarakat," ungkap pejabat satuan tugas virus Wuhan dilansir Reuters, Kamis (23/1).
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Eropa (ECDC) menilai upaya pemerintah China untuk memutup jaringan transportasi dinilai tepat. Ini karena risiko penyebaran virus lebih lanjut secara global mungkin terjadi.
"Kemungkinan impor kasus tertinggi disebabkan oleh orang yang bepergian ke dan dari Wuhan," kata direktur ECDC Andrea Ammon dalam sebuah pernyataan.
Langkah pemerintah Wuhan juga diapresiasi oleh Pakar Kesehatan Masyarakat di Fakultas Hukum Universitas Georgetown Washington sekaligus Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus. Ia menilai hal itu sebagai tindakan efektif yang dapat meminimalkan risiko penularan.
Di China dilaporkan banyak orang yang membatalkan perjalanan dan membeli masker wajah. Warga juga menghindari tempat-tempat umum seperti bioskop dan pusat perbelanjaan dan ada yang beralih ke permainan simulasi wabah daring untuk mengatasinya.
"Cara terbaik untuk menaklukkan rasa takut adalah dengan menghadapi rasa takut," kata warganet dalam Weibo, aplikasi mirip Twitter di China.
"Saya merasa takut karena tidak ada obat untuk virus ini. Anda harus mengandalkan kekebalan Anda jika Anda terinfeksi. Kedengarannya sangat menakutkan," demikian kata Fu Ning, seorang wanita berusia 36 tahun di Beijing.
Jenis coronavirus yang sebelumnya tidak dikenal diyakini telah muncul dari satwa liar yang diperdagangkan secara ilegal di sebuah pasar hewan di pusat kota Wuhan. Bertolak belakang dengan ketidakterbukaan atas Sindrom Pernafasan Akut Parah (SARS) 2002-2003 yang menewaskan hampir 800 orang, pemerintah China kali ini memberikan informasi pembaruan rutin untuk menghindari kepanikan ketika jutaan orang bepergian untuk Tahun Baru Imlek.