REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Muhammad Nursyamsi, Febrianto Adi Saputro, Rahayu Subekti
JAKARTA -- Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menginginkan perbaikan menyeluruh di PT Garuda Indonesia (Persero). Erick menilai Garuda memiliki sejumlah pekerjaan rumah yang harus dihadapi, baik dari sisi aspek bisnis hingga citra perusahaan.
Erick menilai percepatan akselerasi Garuda dalam meningkatkan kinerja memerlukan figur-figur andal ke depan. Kondisi ini menjadi alasan bagi Erick mengajak sejumlah figur untuk bergabung dengan Garuda. Salah satunya Triawan Munaf yang kini menjabat sebagai Komisaris Utama Garuda Indonesia.
"Alasannya kalau Pak Triawan jelas, beliau itu sebuah figur yang berinovasi dan industri kreatif," ujar Erick di Kantor Kementerian Pertahanan, Jakarta, Kamis (23/1).
Kata Erick, tantangan Garuda bukan hanya pada ranah persaingan di sektor pesawat semata, melainkan juga kesiapan pengembangan teknologi. Erick menilai Triawan merupakan figur yang tepat dalam mendorong percepatan pengembangan teknologi di Garuda.
"Itu juga ada hubungan bagaimana kita bermitra dengan banyak pihak swasta juga," ucap Erick.
Sebelumnya, Triawan mengaku sudah diminta Menteri BUMN Erick Thohir menjadi komisaris utama Garuda sejak akhir tahun lalu. Erick, kata Triawan, berpesan kepada dirinya untuk menjalankan misi Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk membawa Garuda lebih baik.
"Misi presiden yang harus dilaksanakan, lalu BUMN sebagai agen perubahan, apalagi Garuda itu sebuah kebanggaan yang harus kita tingkatkan," ujar Triawan saat dihubungi di Jakarta, Rabu (22/1).
Triawan tak menampik Garuda tengah menjadi sorotan. Triawan menganggap banyaknya sorotan kepada Garuda merupakan sebuah harapan membawa maskapai pelat merah tersebut menjadi lebih optimal.
"Kalau (sisi) baiknya pasti dianggap sebagai keharusan. Jadi memang kita harus jalankan tugas dengan ikhlas," ucap Triawan.
Triawan belum dapat berbicara lebih jauh mengenai tugasnya di komisaris Garuda lantaran belum bertemu dengan jajaran direksi dan komisaris Garuda yang lain. Kata Triawan, direksi dan komisaris Garuda yang baru akan mengatur pertemuan untuk membicarakan langkah dan fokus apa saja yang akan dilaksanakan. Triawan menilai sejumlah poin penting dalam misinya menjadi komisaris utama Garuda seperti good corporate governance atau tata kelola perusahaan yang baik dan akhlak yang terpuji.
"Nomor satu good corporate governance, tentang akhlak, tingkatkan moral, itu paling penting," kata Triawan.
Triawan juga sepakat mengenai pentingnya peningkatan kreativitas dan inovasi dalam layanan Garuda ke depan.
"Untuk banyak orang naik pesawat terbang itu sebuah kejadian yang luar biasa. Maka harus ada sesuatu yang baru agar terus kompetitif. Pokoknya semuanya harus bisa memuaskan pelanggan," ucap Triawan.
Triawan juga ingin memperbaiki citra Garuda Indonesia menyusul kasus penyelundupan motor Harley Davidson beberapa waktu lalu. Triawan meyakini perbaikan citra perusahaan akan berbanding lurus dengan kinerja perusahaan.
"Kalau kita memenuhi dasar pekerjaan kita dengan baik tentu citranya akan bisa kembali. Dengan memperbaiki citra kita juga perbaiki kinerja," kata Triawan menambahkan.
Menteri BUMN Erick Thohir berharap keberadaan Yenny Wahid memberikan rasa tenang bagi para pekerja perempuan yang ada di Garuda Indonesia.
Perlindungan Pekerja Perempuan
Satu lagi figur yang diharapkan Erick bisa membantu memperbaiki kondisi Garuda. Erick mengatakan persoalan yang melanda Garuda tidak sekadar pada aspek bisnis, melainkan juga hal-hal yang menyangkut pada perlindungan ketenagakerjaan, khususnya untuk pekerja perempuan.
"Kalau Ibu Yenny nggak usah dipertanyakan lah. Dia figur wanita yang bagus," ujar Erick. Kemarin RUPSLB menentukan Yenny Wahid sebagai komisaris independen.
Erick mengatakan Yenny memiliki latar belakang pengalaman dalam perjuangannya membela hak-hak perempuan. Erick berharap keberadaan Yenny memberikan rasa tenang bagi para pekerja perempuan yang ada di Garuda Indonesia.
"Dengan ada Bu Yenny tentu sekarang pramugari, front office perempuan, paling tidak ada yang melindungi atau ada yang bisa diajak bicara. Bu Yenny itu latar belakang jelas, pergerakan, dan Bu Yenny itu posisinya komisaris independen, wakil publik, bukan wakil siapa-siapa," ucap Erick.
Pada Rabu (22/1), Garuda Indonesia melaksanakan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) di Auditorium Gedung Manajemen Garuda City Center, Cengkareng. RUPSLB menyetujui penunjukan Irfan Setiaputra sebagai Direktur Utama Garuda Indonesia yang baru menggantikan I Gusti Ngurah Askhara Danadiputra yang menjabat sejak September 2018.
RUPSLB Garuda memberhentikan secara resmi Direktur Utama I Gusti Ngurah Askhara Danadiputra, Direktur Human Capital Heri Akhyar, Direktur Teknik & Layanan Iwan Joeniarto, Direktur Operasi Bambang Adisurya Angkasa, Direktur Kargo & Pengembangan Usaha Mohammad Iqbal, dan Direktur Niaga Pikri Ilham Kurniansyah.
RUPSLB Garuda juga memberhentikan dengan hormat Sahala Lumban Gaol sebagai Komisaris Utama dan menunjuk Triawan Munaf sebagai Komisaris Utama Garuda Indonesia yang baru.
Pesawat Garuda Indonesia
Tantangan Garuda
Pengamat penerbangan yang juga sebagai Presiden Direktur Aviatory Indonesia Ziva Narendra Arifin mengingatkan jalan Garuda untuk menjadi lebih baik masih panjang. Garuda setidaknya masih memiliki beban utang yang tak sedikit.
"Beban utang Garuda juga tinggi sekali. Jumlahnya juga tidak sedikit ada sekitar 500 juta dolar kalau tidak salah," kata Ziva.
Ziva menilai utang tersebut masih akan menjadi beban jangka panjang untuk Garuda selanjutnya. Begitu juga dengan penyewaan, pembiayaan, dan pengadaan pesawat yang dilakukan Garuda saat ini.
"Ini (soal pengadaan pesawat) juga harus menemukan strategi mengurangi beban tersebut, antara lain dengan armadanya sendiri," jelas Ziva.
Saat ini, kata Ziva, Garuda terbilang memiliki banyak jenis pesawat yang digunakan untuk operasionalnya. Dia menilai, meski memiliki banyak jenis pesawat namun tidak selalu optimal.
Ziva mengatakan, pilihan terbaik untuk Garuda saat ini harus mengatur biaya operasional secara keseluruhan. Dia menambahkan saat ini tipe pesawat yang digunakan Garuda yakni Boeing 777, Airbus 330, Boeing 737, ATR 72, dan lainnya.
"Saya kira dengan tipe pesawat tersebut, bebannya cukup besar sekali. Karena kalau kita bicara dari SDM-nya saja, implikasinya kepada biaya pelatihan sertifikasi dan perlayan peaswat," ungkap Ziva.
Untuk itu, Ziva menilai hal tersebut perlu dimitigasi dan dikaji kembali setelah Garuda sudah memiliki komisaris dan direksi baru. Sebab, kata dia, dengan begitu tidak menjadi beban operasional yang menumpuk sebab utang juga masih besar.