Kamis 23 Jan 2020 14:58 WIB

Dompet Dhuafa Ajak Milenial Lahirkan Generasi Bebas Stunting

Penurunan kesehatan milenial memicu bayi yang lahir stunting karena pola makan

Seminar Millenial Lahirkan Generasi Bebas Stunting. Penurunan kesehatan milenial memicu bayi yang lahir stunting karena pola makan
Foto: Dompet Dhuafa
Seminar Millenial Lahirkan Generasi Bebas Stunting. Penurunan kesehatan milenial memicu bayi yang lahir stunting karena pola makan

REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG SELATAN -- Generasi milenial atau mereka yang lahir antara tahun 1981-1996 (pada dasarnya mereka yang berusia 20-an dan 30-an) mungkin memiliki obsesi yang berkembang terhadap kesehatan, tidak dapat disangkal bahwa layar dan gawai telah menjadi pilihan utama dan junk food sudah menjadi pilihan yang sulit ditolak. Menurut laporan yang baru-baru ini dikeluarkan, milenial bukanlah orang yang paling sadar kesehatan.

Mempertimbangkan bagaimana kondisinya, para ahli mengatakan bahwa kesehatan milenial akan mengalami penurunan yang signifikan dalam sepuluh tahun ke depan. Penurunan kesehatan milenial juga memicu bayi yang lahir dari pola konsumsi maupun gaya hidup.

Atas dasar itu digelar Seminar Millenial Lahirkan Generasi Bebas Stunting. Seminar ini mengundang Hendra Sudrajat, S.Gz, RD (Ahli Gizi Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Subroto), Ns. Sifing Lestari, S.Kep (Direktur LKC DD Banten) Hj. Nasih Sutisna, S.SiT, M.Kes (Ketua Ikatan Bidan Indonesia Cabang Kota Tangerang Selatan), dr. Novitria Dwinanda, Sp.A (Harapan Kita National Women and Children Hospital Jakarta Nutrion and Metabolic Disease Division Pediatrician) serta dr. Yeni Purnamasari, MKM (General Manager Divisi Kesahatan Dompet Dhuafa) serta puluhan kader muda se Kota Tangerang Selatan.

Indonesia mengalami Triple burden masalah gizi, yaitu Pertama, adanya defisiensi kalori dan protein, dimana angka prevalensi anak dengan underweight sebesar 17,7 persen, wasting 10,2 persen dan stunting 30,8 persen. Kedua, defisiensi zat gizi mikro, dimana data anemia pada ibu hamil sebesar 48,9 persen dan ketiga, kelebihan kalori, dimana angka gizi lebih balita sebesar 8 persen, gizi lebih penduduk usia di bawah 18 tahun sebesar 28,9 persen.

Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis sehingga anak lebih pendek untuk usianya. Stunting juga bisa mengalami hambatan perkembangan kognitif dan motorik serta akan mengalami gangguan metabolik (beresiko terkena penyakit tidak menular seperti diabetes, obesitas, stroke, penyakit jantung) pada saat dewasa. 

"Kondisi stunting tersebut perlu disadari oleh kalangan millenial terutama terkait dengan upaya yang bisa dilakukan sejak remaja, persiapan pranikah sampai dengan menikah dan optimalisasi 1000 Hari Pertama Kehidupan dimulai dari masa kehamilan sampai lahir dan anak berusia 2 tahun menjadi kunci penting dalam membangun kesadaran hidup sehat serta dapat mencegah dan melahirkan generasi bebas stunting”, ujar dr. Yeni Purnamasari, MKM. sebagai General Manager Divisi Kesehatan Dompet Dhuafa.

Yeni menambahkan faktor lainnya yang menyebabkan stunting adalah terjadi infeksi pada ibu, kehamilan remaja, gangguan mental pada ibu, jarak kelahiran anak yang pendek, dan hipertensi. Selain itu, rendahnya akses terhadap pelayanan kesehatan termasuk akses sanitasi dan air bersih menjadi salah satu faktor yang sangat mempengaruhi pertumbuhan anak.

Generasi Millenial harus diselamatkan dari faktor stunting, maka itu Dompet Dhuafa berperan meningkatkan pengetahuan, mengajak seluruh masyarakat  untuk peduli dan aktif dalam mengkampanyekan tentang upaya pencegahan stunting dengan sasaran perawat, bidan, dokter, pakar gizi, komunitas sadar gizi,  kaum milenial dan masyarakat luas serta semua stakeholder terkait untuk mengoptimalkan peran masing-masing.

Ahli Gizi Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Subroto Hendra Sudrajat pun menyarankan pola konsumsi yang beragam sehingga makin banyak mineral maupun nutrisi yang diterima tubuh. Hal ini perlu diterapkan agar agar kecukupan gizi hingga nutrisi terpenuhi.

Ketua Ikatan Bidan Indonesia cabang Kota Tangerang Nasih Sutisna mengatakan dampak kurang gizi pada awal kehidupan terhadap kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yakni gagal tumbuh, hambatan perkembangan kognitif dan motorik hingga gangguan metabolisme pada usia dewasa. Stunting masalah kurang gizi kronis disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu lama akibat pemberian makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement