REPUBLIKA.CO.ID, BANDA ACEH— Peneliti Tsunami and Disaster Mitigation Research Center (TDMRC) Universitas Syiah Kuala (Unsyiah), Dr Syamsidik, megatakan Kota Banda Aceh akan mengalami kenaikan air laut akibat perubahan iklim, yang diprediksikan akan terjadi pada 50 tahun mendatang.
"Salah satu hasil kajian TDMRC menunjukkan jika pesisir Banda Aceh akan mengalami kenaikan muka air laut. Diprediksikan 50 tahun mendatang, tiga persen dari total luas Kota Banda Aceh akan terendam," katanya di Banda Aceh, Kamis (23/1).
Peneliti TDMRC Unsyiah telah menyerahkan kepada Walikota Banda Aceh Aminullah Usman terkait hasil penelitian tentang dampak kenaikan muka air laut akibat perubahan iklim di pesisir Banda Aceh tersebut, pada Selasa (21/1) kemarin.
Hasil riset itu berjudul Strategi Mitigasi Bencana Tsunami dan Banjir Rob yang Diperparah oleh Kenaikan Muka Air Laut Akibat Perubahan Iklim. Peneliti Unsyiah telah melakukan penelitian ini sejak 2016 hingga berakhir pada 2019.
Menurut Syamsidik, kajian ini berguna untuk mengetahui prediksi yang akan terjadi di Banda Aceh masa depan, terutama terkait tsunami dan banjir rob, salah satunya kenaikan air muka laut itu yang cakupan genangan airnya hingga tiga persen dari total luas Banda Aceh.
Kata dia, angka ini akan meningkat 11 persen dalam waktu 100 tahun jika tidak ada pengembangan tepat di kawasan tersebut. Bahkan, menurut dia, luasan genangan tsunami diprediksi bertambah 28 persen dari cakup rendaman saat tsunami 2004 silam.
“Dengan pengaruh kenaikan air laut, tsunami akan tiba lebih cepat yang artinya waktu evakuasi menjadi lebih singkat dan daya rusaknya pun lebih kuat,” katanya.
Wakil Rektor Unsyiah Bidang Akademik, Prof Marwan, mengatakan Banda Aceh menghadapi masalah baru yaitu perubahan iklim, khususnya kenaikan air laut. Hal ini dapat memberikan dampak langsung bagi masyarakat pesisir, seperti banjir rob.
Dia berharap penelitian ini menjadi bahan acuan Pemko Banda Aceh untuk melahirkan kebijakan serta mendesain program mengatasi permasalahan tersebut. Kata dia, Unsyiah juga bersedia bekerja sama membagi pengetahuan atau teknologi sesuai kebutuhan masyarakat.
“Penelitian ini diharapkan memberi kontribusi terhadap upaya meningkatkan ketahanan masyarakat, khususnya dalam menghadapi tsunami dan banjir rob di Kota Banda Aceh," katanya.
Saat melaksanakan penelitian ini TDMRC Unsyiah bekerja sama dengan Pemko Banda Aceh melalui Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda), BPBD, DLHK3, DP2KP, PUPR dan Jaringan Kuala.
Selain Banda Aceh, penelitian ini juga dilakukan di Kota Mataram dan Kota Ambon. Ketiga kota ini memiliki ancaman serius terahdap bahaya pesisir, seperti banjir rob, erosi pantai, hingga tsunami.
Sementara itu, Aminullah Usman menilai ini menjadi landasan bagi pemerintah untuk melakukan langkah-langkah dalam mengantisipasi sebuah bencana. Katanya, Banda Aceh kini telah menjadi daerah penelitian terkait kebencanaan.
“Bencana memang tidak dapat diprediksi, tetapi mengedukasi masyarakat harus dilakukan sejak sedini mungkin," katanya.