Jumat 24 Jan 2020 08:54 WIB

'Menjauhi' Istri Saat Haid

Allah menjelaskan wanita yang haid tidaklah suci.

'Menjauhi' Istri Saat Haid. Pasangan suami istri.
Foto: Pixabay
'Menjauhi' Istri Saat Haid. Pasangan suami istri.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rabi' mengabari kami, Imam Syafi'i berkata, "Allah tabaraka wa ta'ala berfirman, "Mereka bertanya kepadamu tentang haid. Katakanlah, 'Haid itu adalah kotoran'. Oleh sebab itu hendaklah kalian menjauhkan diri dari wanita di waktu haid; dan janganlah kalian mendekati mereka sampai mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka di tempat yang diperintahkan Allah kepada kalian. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang tobat dan menyukai orang-orang yang menyucikan diri," (QS AlBaqarah [2]: 222)."

Dalam kitab Al-Umm, Kitab Induk Fiqih Islam 1, Imam Syafi'i berkata, "Allah menjelaskan wanita yang haid tidaklah suci. Dia memerintahkan seorang wanita yang sedang haid jangan 'didekati' sampai ia suci, sampai ia bersuci menggunakan air sehingga wanita itu kembali termasuk orang-orang yang halal melaksanakan shalat.

Baca Juga

Tidaklah dihalalkan bagi seorang laki-laki menyetubuhi istrinya yang sedang haid sampai istrinya suci. Sesungguhnya Allah ta'ala menjadikan tayamum sebagai thaharah jika air tidak ada, atau orang yang bersangkutan sedang sakit. Oleh sebab itu, dihalalkan bagi wanita haid yang sudah selesai haidnya bersuci menggunakan air jika dia mendapatkan air. Dia boleh bertayamum kalau tidak mendapatkan air."

Imam Syafi'i berkata, "Ketika Allah ta'ala memerintahkan agar wanita haid 'dijauhi' lalu menjadikan mereka boleh kembali didekati setelah suci dari haid (selesai haid) dan berthaharah, sementara sunnah menunjukkan wanita yang mengalami istihadhah tetap harus melaksanakan shalat, maka itu menunjukkan suami yang istrinya istihadhah boleh 'mendatangi' istrinya itu -insya Allah."

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement