REPUBLIKA.CO.ID, GARUT -- Kerajaan Kandang Wesi yang terletak di Desa Tegalgede, Kecamatan Pakenjeng, Kabupaten Garut, menuai sorotan setelah kemunculan klaim-klaim kerajaan baru di Indonesia. Kerajaan itu memiliki raja bernama Nursuseno SP Utomo, yang mengaku dinobatkan gelar kerajaan secara sah.
Kendati demikian, ia tak mau disamakan dengan raja lainnya yang secara pribadi mengklam dirinya memiliki kerajaan, seperti Sunda Empire atau Kerajaan Agung Sejagat. Menurut dia, raja-raja itu mendeklarasikan diri untuk mencari keuntungan, sementara dirinya tak pernah memgambil keuntungan dari warga sekitar dari statusnya itu. Apalagi sampai meminta iuran bagi yang ingin menjadi pengikutnya.
"Saya kira ini isu biasa karena euforia dari apa yang terjadi tentang banyaknya orang yang mengklaim kerajaan-kerajaan," kata dia, saat ditemui di salah satu kawasan di Kabupaten Garut, Kamis (24/1) malam.
Ia mengatakan, gelar raja yang disandangnya didapatkan atas upaya mendirikan padepokan bela diri Syahbandar Kari Madi (SKM) sejak 1998. Atas pendirian padepokan yang dianggap bermanfaat bagi masyarakat sekitar dan kebudayaan lokal itu, ia mendapatkan pengakuan sebagai Raja Kandang Wesi dari Forum Komunikasi Raja-Raja dan Sultan Nusantara.
"Pada tahun 2014, saya mendapat pengakuan sebagai raja oleh forum yang diketuai Maskut Toyib," kata dia.
Nursuseno menjelaskan, Maskut ketika itu merupakan kepala budaya Taman Mini Indonesia Indah (TMII). Menurut dia, gelar yang diembannya itu hanya sebagai gelar. Ia membantah pernah mendirikan sebuah kerajaan.
Ia mengakui, Kandang Wesi memang dahulu dikenal sebagaikerajaan. Menurut dia, sudah ada penelitian tentang hal itu.
Namun, gelar raja yang diembannya hanya sebagai alat untuk menjaga budaya yang ada di wilayah itu. Bukan untuk memerintah.
Nurseno juga mengaku tak pernah mendeklarasikan diri menjadi seorang raja. "Para murid di padepokan bela dirinya juga tak saya sebut sebagai pengikut kerajaan. Apalagi sampai memakai kostum khusus seperti Sunda Empire atau Keraton Agung Sejagat," kata dia.