REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kantor Dagang dan Ekonomi Taiwan di Indonesia (The Taipei Economic and Trade Office/TETO) mengaku kecewa dengan China yang tak mengajak negaranya untuk mengatasi virus Corona. Apalagi hal tersebut sudah menjadi epidemik global.
Kekecewaan Taiwan bermula saat negaranya tak diundang dalam pertemuan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang membahas hal ini. Saat itu Taiwan tak diundang karena China yang memperkuat 'Prinsip Satu China' atau 'satu negara dua sistem' di WHO.
Menurut TETO, China mengklaim ke pihak luar bahwa tidak ada yang lebih peduli tentang kesehatan rekan Taiwan dibandingkan dengan pemerintahnya. "Partisipasi Taiwan dalam organisasi internasional harus berdasarkan Prinsip Satu China. Tindakan yang mengabaikan kesehatan warga Taiwan dan seluruh dunia ini sangatlah keterlaluan," ujar TETO lewat keterangan tertulis yang diterima, Jumat (24/1).
Taiwan mendesak WHO untuk tak mengkaitkan situasi politik China dan negaranya dengan masalah virus corona ini. Semua pihak seharusnya bekerjasama dalam mengatasi hal tersebut.
"Pemerintah China tidak punya hak mengesampingkan Taiwan dari sistem pencegahan epidemi global, apalagi mengabaikan kesejahteraan rakyat Taiwan, dan dengan pemikiran politik yang bias mengerdilkan status Taiwan," ujar TETO.
TETO mengingatkan semua pihak untuk melihat kasus virus Sindrom Pernafasan Akut Parah (SARS) pada tahun 2003. Saat itu, Taiwan kesulitan mendapat bantuan dari WHO karena kondisi politik yang serupa.
"Kejadian itu mengakibatkan tragedi yang menewaskan puluhan staf medis Taiwan dan warga yang tidak bersalah," ujar TETO.
Selain itu, Taiwan mengajak Indonesia untuk ikut mencegah virus ini semakin menyebar. Pasalnya, saat ini ada sekitar 300 ribu warga Indonesia yang bekerja, belajar dan tinggal di Taiwan.
"Taiwan menyerukan WHO untuk mengedepankan pertimbangan profesional medis, menghapus prasangka politik, dan mengundang Taiwan untuk berpartisipasi dalam pertemuan, mekanisme, dan aktivitas terkait epidemi ini," ujar TETO.