REPUBLIKA.CO.ID, AMBON - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bersama Institut Teknologi Bandung (ITB) memaparkan hasil pemantauan dan analisanya yang menemukan zona duga sesar utama penyebab terjadinya gempa yang menguncang tiga wilayah di Maluku pada 26 September 2019.
Ahli gempa yang juga Dosen Program Studi Teknik Geofisika ITB DR Zulfakriza menyatakan, hasil pemantauan yang dilakukan selama dua bulan sejak 18 Oktober hingga 15 Desember 2019, teridentifikasi kelurusan (zona duga sesar utama) dengan arah Utara-Selatan dari Kairatu, Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB) hingga Selat Haruku, Kabupaten Maluku Tengah dengan panjang segmen sekitar 35 kilometer.
Dari analisa data hasil pengamatan distribusi lokasi hiposenter (pusat) gempa susulan menujukkan potensi zona duga sesarnya meliputi wilayah Kota Ambon, Kabupaten Maluku Tengah dan Seram Bagian Barat (SBB).
Selain zona duga sesar utama ini, teridentifikasi juga beberapa zona duga sesar sekunder di sebelah Timur Pulau Ambon dengan arah Timur Laut - Barat Daya (NE-SW) dan Barat Laut-Tenggara (NW-SE).
"Khusus sesar-sesar sekunder ini, lokasi dan arahnya sesuai dengan identifikasi zona sesar dari Peta Geologi tahun 1993," katanya, Sabtu (25/1).
Dia mengatakan pemantauan selama dua bulan melalui 11 unit seismograf dari ITB yang dipasang di Pulau Ambon (empat unit), Pulau Haruku (satu unit), Pulau Saparua (dua unit) serta empat unit lainnya di Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB), ditambah empat unit seismograf permanen milik BMKG.
Berdasarkan hasil pemantauan, jumlah data gempa susulan yang terekam dalam periode tersebut sebanyak 1.778 kali, dan jika jika digabungkan dengan data gempa susulan sejak 26 September hingga 18 Oktober, yang merupakan awal pemasangan seismograf tambahan, maka total gempa susulan sebanyak 3.462 kali.
Data Antara gempa magnitudo 6,5 yang mengguncang Kota Ambon, Kabupaten Maluku Tengah dan SBB pada 26 September 2019 selain berdampak menimbulkan kepanikkan dan trauma masyarakat, juga menyebabkan 2.712 unit rumah mengalami rusak berat, 3.317 unit rusak sedang dan 6.108 unit rusak ringan.