Sabtu 25 Jan 2020 13:32 WIB

Ratusan Orang di Jatim Terjangkit DBD, Dua Meninggal

Dinkes Jatim mencatat awal Januari 2020 penderita DBD mencapai 214 orang

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Christiyaningsih
Dinkes Jatim mencatat awal Januari 2020 penderita DBD mencapai 214 orang. (ilustrasi)
Foto: Republika/Prayogi
Dinkes Jatim mencatat awal Januari 2020 penderita DBD mencapai 214 orang. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Jatim Herlin Ferliana mengungkapkan jumlah penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) di Jawa Timur pada awal Januari 2020 mencapai 214 orang. Dari ratusan penderita DBD tersebut, dua di antaranya dinyatakan meninggal dunia.

Jika dilihat dari jumlah, daerah terbanyak penderita DBD yaitu Kabupaten Malang dengan 51 kasus. "Januari awal tahun 2020 ini ada 214 penderita DBD, dengan dua orang meninggal dunia. Masing-masing satu di Malang dan Kediri," kata Herlin dikonfirmasi Sabtu (25/1).

Baca Juga

Setelah Kabupaten Malang, penderita DBD kedua terbanyak adalah Kabupaten Kediri sebanyak 21 orang. Kemudian Probolinggo 20 orang, Bojonegoro 18 orang, dan Jombang 11 orang. Namun demikian, lanjut Herlin, jumlah tersebut menurun dibanding priode yang sama tahun sebelumnya yakni 1.634 penderita dan 32 orang meninggal.

Herlin mengatakan DBD merupakan masalah kesehatan masyarakat di Jatim, dengan jumlah penderita yang fluktuatif dan berpotensial menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB). DBD, kata dia, adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk aedes aegypti atau nyamuk malaria.

Herlin menuturkan pihaknya telah melakukan berbagai upaya untuk mengantisipasi kasus DBD pada musim hujan ini. Di antaranya, menggalakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan melaksanakan kegiatan gerakan satu rumah satu jumantik. Kemudian menyiapkan petugas, sarana dan prasarana, serta adekuat fasilitas pelayanan kesehatan di semua wilayah di Jatim.

Herlin mengimbau masyarakat berperan aktif mencegah DBD, dengan cara lebih peduli terhadap lingkungan. Misalnya, membersihkan tempat-tempat yang kotor dan kumuh serta menggalakkan program 3 M plus. 3 M Plus yaitu menguras, mengubur, dan menutup wadah yang berpotensi menjadi sarang nyamuk.

Selain itu, masyarakat juga bisa menggunakan obat pembasmi nyamuk. Misalnya mengusapkan losion antinyamuk, membakar obat nyamuk, atau menaburkan bubuk anti jentik di wadah yang dapat menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk. "Dengan begitu, maka DBD bisa dicegah," kata Herlin.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement