REPUBLIKA.CO.ID, Jakarta — Kapolri dan jajarannya diminta untuk mengusut kasus penyerangan masjid di Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Pelaku harus ditindak tegas untuk menjaga kerukunan dan stabilitas masyarakat.
Anggota Komisi III DPR RI Pangeran H Khairul Saleh mengatakan kasus penyerangan masjid ini cukup sensitif menyangkut keamanan, ketertiban, toleransi dan keharmonisan di masyarakat. “Harus segera diusut tuntas,” kata Khairul, dalam siaran persnya, Sabtu (25/1).
Khairul Saleh yang juga Sultan Banjar ini mengaku prihatin dengan peristiwa itu. Dikatakannya, 10 persen dari penduduk Sumatera Utara masih keturunan Urang Banjar. Apalagi kebanyakan bermukimnya di Kabupaten Deli Serdang.
Khairul Saleh mengatakan, dirinya rutin mengunjungi dan bersilaturahim dengan Urang Banjar di Sumatera Utara yang banyak tersebar di Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten Langkat. Urang Banjar berjumlah kurang lebih 450.000 jiwa di Sumatera Utara.
"Masih lekat ikatan rasa persaudaran dan mengayomi antara Urang Banjar dan Sultan Banjar yang sejak dahulu abad ke 16 sudah bermukim di Deli Serdang," kata Khairul Saleh.
Ia berharap agar kasus tersebut ditangani secara tuntas dan agar bisa menentramkan masyarakat dan menjaga kondusifitas keamanan di Sumatera Utara. "Jangan sampai peristiwa itu mencederai keharmonisan dan toleransi yang selama ini sudah terjalin kuat di masyakarat Sumatera Utara,” ungkapnya.
Sebelumnya, ekelompok orang diduga melakukan penyerangan di Masjid Al Amin, Jalan Belibis, Kelurahan Tegal Sari Mandala II, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, Jumat (24/1) malam. Penyerangan ini diduga terkait dengan persoalan penertiban warung tuak.
Kapolrestabes Medan Kombes Pol Jhonny Edison Isir mengatakan, peristiwa penyerangan tersebut merupakan buntut dari penertiban warung tuak yang dilakukan petugas Satpol PP, padaJumat siang. Penertiban tersebut menimbulkan pro dan kontra antarmasyarakat setempat.
Kemudian sekelompok warga melakukan penyerangan ke masjid dan sejumlah rumah warga."Kita coba melihat dan mendudukkan, akarnya ada di mana. Sejauh ini informasi yang kita dapat, ini residu-residu dampak dan akses dari proses penertiban warung tuak.
Ada residu di situ. Mungkin pro kontra, kemudian ada kelompok yang pro dan kelompok yang kontra. Melakukan perlawanan dan lempar-lempar batu," katanya.
Akibat peristiwa tersebut kata Jhonny, terjadi kerusakan beberapa fasilitas masjid dan juga rumah warga. "Ada beberapa kaca di masjid yang pecah, ada juga rumah warga yang rusak," ujarnya.
Hingga Sabtu dini hari ribuan warga masih memadati lokasi seputaran masjid. Sementara sejumlah personel kepolisian tampak melakukan penjagaan.