Ahad 26 Jan 2020 09:56 WIB

Sekolah di Dusun Pengekahan Lampung Belajar Konservasi Alam

Anak-anak Dusun Pengekahan belajar tentang pelestarian hewan dan tumbuhan.

Rep: Mimi Kartika/ Red: Friska Yolanda
Murid kelas VIII SMP Negeri Satap 1 Krui, Dusun Pengekahan Desa Way Haru Kecamatan Bengkunat Belimbing Kabupaten Pesisir Barat Provinsi Lampung tengah belajar konservasi alam, Kamis (23/1).
Foto: Republika/Mimi Kartika
Murid kelas VIII SMP Negeri Satap 1 Krui, Dusun Pengekahan Desa Way Haru Kecamatan Bengkunat Belimbing Kabupaten Pesisir Barat Provinsi Lampung tengah belajar konservasi alam, Kamis (23/1).

REPUBLIKA.CO.ID, LAMPUNG -- SDN 22 Krui dan SMP Negeri Satu Atap (Satap) 1 Krui merupakan satu-satunya sekolah di Dusun Pengekahan Desa Way Haru Kecamatan Bengkunat Belimbing Kabupaten Pesisir Barat Provinsi Lampung. SMP Negeri Satap 1 Krui mengajarkan pelajaran konservasi alam sebagai muatan lokalnya sejak dua tahun yang lalu.

"Kita ada pelajaran konservasi yang kita masukan ke muatan lokal. Secara tidak langsung kita mulai mengajarkan kepada anak-anak tentang pelestarian hewan, tumbuh-tumbuhan," ujar Guru SMP Negeri Satap 1 Krui, Arhamudin beberapa waktu lalu.

Letak Dusun Pengekahan berbatasan langsung dengan kawasan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) termasuk Tambling Wildlife Nature Conservation (TWNC). Dengan demikian, sekolah bersama perusahaan dari Arta Graha Peduli (AGP) dan institusi terkait menginisiasi adanya pelajaran konservasi alam tersebut.

Arhamudin menggunakan beberapa bahan ajar untuk mengajar pelajaran konservasi alam tersebut. Salah satunya modul dan buku yang dirilis Institut Pertanian Bogor (IPB).

"Secara garis besar enggak jauh dengan pelajaran IPA, tentang alam, hewan, tumbuh-tumbuhan, kembali ke kehidupan organik, memanfaatkan sampah, lebih spesifik ke konservasi alam," tutur dia.

Arhamudin mengatakan, sejak duduk di bangku sekolah, masyarakat harus diajarkan pentingnya pemeliharaan dan pelindungan alam secara teratur guna mencegah kerusakan dan musnahnya flora dan fauna. Sehingga ekosistem alam dapat tetap terjaga.

Pada saat Republika dan teman-teman wartawan lain berkunjung ke sekolah itu, kelas VIII SMP Negeri Satap 1 Krui tengah mempelajari pembuatan kompos alami. Para murid yang tak lebih dari 15 orang itu belajar cara memanfaatkan kotoran hewan dan sampah dedaunan menjadi pupuk.

Arhamudin menambahkan, baru tahun 2020, sekolah ini mendapatkan 11 guru berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS) hasil seleksi Calon PNS. Sementara sisanya dari total 27 guru merupakan honorer dan bantuan guru dari perusahaan.

Murid SMP Negeri Satap 1 Krui, Riando dan kawannya mengaku kerap menjumpai satwa liar seperti rusa, monyet, dan babi. Akan tetapi, ia meyakini jika tak mengganggu satwa, maka satwa pun tak akan mengganggunya.

Satwa-satwa itu pun tak memasuki permukiman dan hanya berkeliaran di pinggiran hutan yang memang berbatasan dengan Dusun Pengekahan. Pengelola TWNC sudah memperingati larangan berjalan sendiri melewati hutan dan larangan masuk hutan pada jam-jam aktif satwa mencari mangsa.

Riando mengatakan, pernah melihat harimau hanya di Rescue Center Harimau Sumatera TWNC. Kemudian ia mendapatkan tips dari pengelola TWNC ketika tak sengaja bertemu satwa.

"Tatap matanya (satwa) pastikan kita tahu pergerakannya, mundur pelan-pelan, terus lari," kata Riando

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement