REPUBLIKA.CO.ID, PALEMBANG -- Pengamat sejarah dari Universitas Sriwijaya Palembang Syafrudin Yusuf mengimbau media tak memberikan panggung dengan pemberitaan yang berlebih terhadap kerajaan-kerajaan aneh belakangan bermunculan. Ia khawatir hal tersebut bisa jadi strategi kerajaan aneh tersebut.
"Nanti kalau diberitakan terus mereka 'melunjak' sehingga merasa seolah-olah sudah dikenal masyarakat luas dan bisa jadi itu malah bagian strategi mereka (diberitakan terus-menerus)," kata Syafrudin Yusuf di Palembang, Minggu.
Kemunculan Kerajaan Ratu Agung Sejagad dan Sunda Empire yang memicu kontroversi belakangan ini harus ditanggapi dengan cepat lewat penanganan dari sisi hukum agar ada efek jera.
Menurut dia untuk memastikan kerajaan tersebut benar-benar asli maka diperlukan fakta pendukung seperti catatan sejarah ataupun tinggalan bangunan-bangunan. Ia menilai Kerajaan Ratu Agung Sejagat dan Sunda Empire tidak memiliki keduanya sehingga besar kemungkinan hanya rekayasa.
Perlu juga digali terkait akar masalah munculnya kerajaan-kerajaan aneh. Sebab dua kerajaan tersebut punya gejala yang hampir sama yakni muncul dari keresahan suatu kelompok masyarakat yang memimpikan tatanan politik baru yang dapat memberikan mereka kenyamanan.
"Ada keinginan dari oknum masyarakat yang merindukan kebesaran suatu kerajaan, mungkin mereka menganggap kekuasaan saat ini kurang memuaskan," ujar Syafrudin.
Munculnya kerajaan tersebut juga tidak lepas dari konsep Ratu Adil yang cukup kuat di Pulau Jawa, Hal itu dapat dilihat dari sumbangan-sumbangan pengikut kerajaan dengan iming-iming janji kesuksesan.
Agar kasus tersebut tak terulang, Ia meminta pemerintah memiliki acuan yang jelas terkait kerajaan dan aturan-aturannya.
"Definisi kerajaan itu apa, kemudian kerajaan yang diakui negara ada berapa, supaya masyarakat juga tahu dan tidak hanya tahu kerajaan yang besar-besar saja," tegas Syafrudin Yusuf