REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dr Daeng Mohammad Faqih mengingatkan agar wisatawan asal Kunming, China yang tiba di Bandara Internasional Minangkabau, Sumatra Barat, pada Ahad (26/1), harus dipastikan bebas dari riwayat kontak perjalanan ke daerah terpapar virus corona jenis baru (2019-nCoV). Virus tersebut muncul pertama kali di Wuhan, China.
"Kalau dia dari daerah yang terinfeksi, dia sudah masuk yang dicurigai," kata Daeng kepada Antara, Jakarta, Ahad.
Daeng menjelaskan bahwa masa inkubasi dari mulai terinfeksi virus ini sampai menimbulkan gejala pertama ialah dua hari sampai dua minggu. Sementara perjalanan langsung dari Bandara Kunming di Provinsi Yunan ke bandara di Sumatra Barat itu hanya membutuhkan waktu empat jam penerbangan.
Masa inkubasi adalah waktu yang diperlukan dari saat virus atau patogen menginfeksi hingga mulai menimbulkan gejala pertama kali. Daeng mengatakan, yang dikhawatirkan ialah andaikan para turis pernah melakukan perjalanan ke daerah yang terpapar virus kemudian melakukan kunjungan ke Indonesia dalam masa inkubasi itu.
Jika belum lewat masa inkubasi, menurut Daeng, maka bisa jadi gejala belum muncul saat seorang wisatawan tiba di wilayah atau negara yang dikunjungi. "Kalau dia melakukan perjalanan ke daerah situ (terpapar virus corona) dan yang datang ke daerah kita belum dua minggu dari masa inkubasi itu harus dicurigai makanya harus dimonitor," ujarnya.
Untuk itu, otoritas bandara melakukan upaya pencegahan dengan melakukan deteksi terhadap orang yang dicurigai terkena virus itu dengan menggunakan thermal scanner yang dapat mendeteksi panas tubuh manusia di atas rata-rata normal. Thermal scanner dapat melacak jika didapati panas suhu tubuh di atas 38 derajat Celcius.
Selain melakukan deteksi panas tubuh, pihak otoritas juga perlu melihat gejala yang ditimbulkan virus corona 2019-nCoV pada manusia seperti batuk, pilek, demam, hingga ada keluhan sesak napas. Tidak ada atau ada gejala terlihat perlu dilanjutkan dengan pemeriksaan riwayat kontak perjalanan wisatawan tersebut.
Menurut Daeng, kesiapsiagaan juga perlu ditegakkan sekalipun turis asal China itu tidak ada gejala panas terlacak thermal scanner, tapi pernah melakukan perjalanan ke daerah terpapar virus corona. Turis itu harus dikarantina untuk diperiksa lebih lanjut kalau mereka ke Indonesia dalam rentang masa inkubasi.
"Kalau tidak mau dikarantina karena tidak ada gejala, sebaiknya dipantau, didata dengan baik sehingga kalau terjadi apa-apa ketahuan ini memang orang dari sana," ujarnya.
Menurut Daeng, jika wisatawan tidak memiliki gejala-gejala tersebut dan atau tidak bepergian sebelumnya ke daerah terpapar virus, serta tidak memiliki riwayat kontak dengan penderita terjangkit virus corona maka tidak masuk kriteria yang patut dicurigai.
"Kalaupun belum ada sesak, tapi dia dari tempat daerah yang terkena infeksi dia sudah masuk kriteria yang dicurigai," tutur Daeng.
Sebanyak 174 turis asal Kunming, China tiba di Bandara Internasional Minangkabau di Padang Pariaman, pada Ahad pagi pukul 06.36 WIB. Mereka akan berwisata selama lima hari di Sumatra Barat.
PT Marawa Coporate yang bekerja sama dengan Cocos Tour selaku biro perjalanan yang mendatangkan wisatawan China ke Sumatra Barat memastikan rombongannya tidak terjangkit virus corona yang saat ini sedang mewabah di Negeri Tirai Bambu tersebut. Pimpinan PT Marawa Corporate Darmawi mengatakan, seluruh WNA China berangkat dari Bandara Kunming di Provinsi Yunan yang berada di kawasan pegunungan China melalui penerbangan langsung dalam waktu empat jam perjalanan.