REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON -- Stunting menjadi salah satu masalah kesehatan di Indonesia, termasuk di Kabupaten Cirebon. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon, Eni Suhaeni menyebutkan, jumlah balita di Kabupaten Cirebon yang mengalami stunting pada 2019 mencapai 14.127 balita atau sekitar 7,92 persen dari total 178.308 balita.
"Prevalensi stunting di Kabupaten Cirebon cukup tinggi," ujar Eni dalam edukasi dan sosialisasi mengenai gizi yang diselenggarakan oleh Frisian Flag Indonesia (FFI) di Pondok Pesantren KHAS Kempek, Kabupaten Cirebon, Sabtu (25/1), sebagai bagian dari program #IndonesiaSIAP (Sadar Gizi, Inisiatif, Aktif, Peduli), sekaligus peringatan Hari Gizi Nasional.
Untuk mengatasi stunting, menurut Eni, dibutuhkan peran serta berbagai instansi. Ia menyebutkan, upaya yang telah dilakukan di antaranya dengan pemberian tablet penambah darah pada 98.538 siswi SMP–SMA se-Kabupaten Cirebon.
"Dari jumlah itu, tingkat kepatuhan minum tablet penambah darah mencapai 61,2 persen," kata Eni.
Selain untuk remaja putri, pemberian tablet penambah darah juga diarahkan kepada ibu hamil. Ada 52.975 ibu hamil yang menjadi sasaran, dengan anemia 10,72 persen atau 5.679 orang di Kabupaten Cirebon.
Eni mengungkapkan, kesehatan remaja putri dan ibu hamil menjadi salah satu upaya penting dalam pencegahan stunting. Di samping juga pengetahuan mengenai kesehatan, makanan bergizi, pola asuh yang tepat pada balita, maupun kebersihan diri dan lingkungan penting untuk dimiliki kaum Hawa.
Hal senada disampaikan Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kabupaten Cirebon, dr Ahmad Fariz Malvi Zamzam Zein. Dia menyatakan, pencegahan stunting harus dilakukan dengan pendekatan multifaktor, mulai dari remaja, saat menikah, dan kehamilan atau 1000 hari pertama kehidupan anak.
Fariz mengungkapkan bahwa stunting merupakan masalah bersama. Ia menganggap, diperlukan remaja yang sehat dan unggul untuk mempersiapkan generasi emas yang bebas dari stunting.
"Selain itu, juga dibutuhkan kesiapan ibu dalam memahami pentingnya gizi, pola asuh. dan sanitasi," jelasnya.
Fariz mengatakan, memastikan kecukupan asupan protein hewani sangat penting sebagai salah satu upaya mengatasi permasalahan gizi. Pasalnya, asam amino esensial yang terkandung dalam protein hewani merupakan komponen gizi dari luar tubuh yang sangat diperlukan.
Menurut Fariz, kekurangan zat gizi itu dapat menggangu pertumbuhan tubuh. Asam folat dan zat besi juga merupakan zat gizi penting untuk dipenuhi sejak usia remaja atau usia subur.
Perwakilan Pergizi Pangan Indonesia, Mira Dewi, mengungkapkan, program #IndonesiaSIAP merupakan upaya meningkatkan kesadaran gizi masyarakat melalui kegiatan edukasi dan literasi gizi, serta penerapan gaya hidup aktif dan sehat. Program itu melibatkan 15.000 keluarga Indonesia.
‘’Hadirnya #IndonesiaSIAP di Cirebon ini diharapkan dapat menjadi salah satu solusi dalam menekan angka kekurangan gizi yang terjadi pada masyarakat,’’ tukas Mira.
Sementara itu, Corporate Affairs Director PT Frisian Flag Indonesia, Andrew F Saputro, mengungkapkan, sebagai produsen produk bernutrisi dengan visi "Nourishing by Nature", Frisian Flag turut berupaya untuk menekan kasus malnutrisi di Indonesia. Hal itu dilakukan dengan menyediakan rangkaian produk susu terlengkap dan terjangkau, yang disesuaikan dengan kebutuhan di setiap tahap kehidupan.
"FFI berkomitmen untuk menyediakan produk bernutrisi yang berkualitas, menggalakkan gaya hidup aktif kepada masyarakat, serta meningkatkan pentingnya edukasi gizi melalui #IndonesiaSIAP dan susu bubuk Frisian Flag Kompleta," kata Andrew.