Senin 27 Jan 2020 09:17 WIB

Yuan Merosot di Tengah Upaya China Atasi Virus Corona

Yuan jatuh ke level terendah sejak 8 Januari 2020.

YUAN. Petugas bank menghitung dolar AS di samping tumpukan yuan Cina. Nilai tukar yuan merosot ke level terendah sejak 8 Januari akibat virus corona.
Foto: Chinatopix via AP
YUAN. Petugas bank menghitung dolar AS di samping tumpukan yuan Cina. Nilai tukar yuan merosot ke level terendah sejak 8 Januari akibat virus corona.

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Kurs yen melonjak dan yuan jatuh di perdagangan luar negeri pada Senin (27/1). Di sisi lain, yuan jatuh ke level terendah sejak 8 Januari.

Kekhawatiran terkait China yang sedang berjuang membatasi penyebaran virus mirip-pneumonia memicu serangan penghindaran risiko (risk-off). Mata uang Jepang, sering dicari sebagai tempat berlindung yang aman di saat ketidakpastian, naik ke tertinggi dalam hampir tiga minggu terhadap dolar AS.

Kabinet China mengumumkan akan memperpanjang liburan Tahun Baru Imlek hingga 2 Februari, untuk memperkuat pencegahan dan pengendalian virus korona baru. Liburan akan berakhir pada 30 Januari.

Hong Kong juga telah melarang masuknya pengunjung dari provinsi Hubei, China, tempat wabah virus corona baru pertama kali dilaporkan, menyoroti kesulitan yang dihadapi para pejabat selama musim perjalanan puncak.

Otoritas kesehatan di seluruh dunia berlomba untuk mencegah pandemi virus, yang telah menginfeksi lebih dari 2.000 orang di China dan menewaskan 76 orang. Ada kekhawatiran bahwa pengeluaran pariwisata dan konsumen bisa mendapat pukulan jika virus menyebar lebih jauh, yang akan mencegah investor mengambil risiko berlebihan.

"Ada banyak ketidakpastian tentang seberapa jauh virus ini akan menyebar, dan ini di balik pergerakan mata uang," kata Yukio Ishizuki, ahli strategi valuta asing di Daiwa Securities di Tokyo.

Yen menguat 0,3 persen menjadi 108,91 per dolar AS pada Senin pagi, mencapai level terkuat sejak 8 Januari. Mata uang Jepang juga melonjak sekitar 0,5 persen terhadap dolar Australia dan dolar Selandia Baru, karena kekhawatiran tentang virus itu menarik pedagang ke arah mata uang safe-haven dan menjauh dari mata uang yang lebih sensitif terhadap risiko.

Di pasar luar negeri, yuan turun lebih dari 0,3 persen menjadi 6,9625 terhadap dolar AS, terlemah sejak 8 Januari. 

Indeks dolar AS terhadap sekeranjang enam mata uang utama sedikit berubah pada 97.884. Pedagang mengatakan pergerakan pasar bisa berlebihan karena likuiditas rendah, ketika pasar keuangan di China, Hong Kong, Singapura dan Australia ditutup untuk liburan.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement