Senin 27 Jan 2020 15:41 WIB

Permintaan Bolton Bersaksi di Sidang Pemakzulan Makin Tinggi

Permintaan untuk membawa John Bolton menjadi saksi pemakzulan Trump makin tinggi

Rep: Lintar Satria/ Red: Christiyaningsih
Permintaan untuk membawa mantan penasihat keamanan nasional Gedung Putih John Bolton untuk bersaksi di sidang pemakzulan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump semakin meningkat. Ilustrasi.
Foto: AP
Permintaan untuk membawa mantan penasihat keamanan nasional Gedung Putih John Bolton untuk bersaksi di sidang pemakzulan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump semakin meningkat. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Permintaan untuk membawa mantan penasihat keamanan nasional Gedung Putih John Bolton untuk bersaksi di sidang pemakzulan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump semakin meningkat. Permintaan meningkat terutama setelah muncul laporan tentang manuskrip buku yang sedang Bolton tulis.

Isi buku tersebut dinilai dapat mematahkan pertahanan tim pengacara Trump dalam sidang yang digelar di senat. Dalam buku tersebut Bolton menulis Trump memintanya untuk menahan bantuan militer untuk Ukraina senilai ratusan juta dolar AS.

Baca Juga

Penahanan dana dilakukan setidaknya sampai negara itu bersedia untuk membantunya menyelidiki kandidat calon presiden dari partai Demokrat Joe Biden. Tim pengacara Trump berulang kali membantah tuduhan tersebut.

Mereka menyatakan tujuan presiden menahan bantuan militer tidak ada hubungannya dengan permintaan Trump kepada Ukraina untuk menyelidiki Biden dan putranya, Hunter. Manuskrip buku itu memberikan Partai Demokrat bahan bakar untuk meminta Bolton dan pejabat-pejabat Gedung Putih lainnya bersaksi di persidangan.

Sidang akan dimulai kembali pada Senin (27/1) sore waktu setempat. Rancangan buku Bolton pertama kali dilaporkan surat kabar The New York Times. Kantor berita Associated Press mengonfirmasi laporan tersebut dari orang yang mengetahui manuskrip buku tersebut.

Kabarnya buku itu berjudul The Room Where It Happened; A White House Memoir. Buku ini akan dirilis pada 17 Maret 2020. Saat The New York Times mempublikasikan laporan mereka pada Sabtu (26/1) malam, tujuh orang anggota House of Representatives dari Partai Demokrat menelepon semua senator.

Mereka meminta agar Bolton dipanggil sebagai saksi dan memberikan catatan serta dokumen yang terkait. Ketua Senat dari Partai Demokrat Chuck Schumer meminta hal yang sama. Trump membantah laporan isi manuskrip tersebut melalui media sosial Twitter.

"Saya tidak pernah memberitahu John Bolton bantuan Ukraina berhubungan dengan penyelidikan terhadap Demokrat termasuk Biden," cicit Trump.

Trump mengatakan pada saat itu Bolton tidak pernah mengeluhkan hal tersebut. Menurutnya laporan tersebut hanya cara Bolton agar bukunya laku dijual.

Trump meminta orang-orang untuk membaca transkrip percakapannya dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelinsky pada 25 Juli 2019 lalu. Menurutnya transkrip tersebut memperlihatkan ia tidak menekan Zelinsky untuk menyelidiki Biden.

Bolton mundur dari jabatan di Gedung Putih sebelum Trump menyerahkan bantuan militer ke Ukraina pada 11 September 2019. Ia sudah memberitahu para anggota parlemen bahwa ia bersedia untuk bersaksi dalam persidangan walaupun presiden melarang para pembantunya untuk bekerja sama dalam penyelidikan pemakzulan.

"Rakyat Amerika tahu persidangan yang adil harus memasukan dokumen dan saksi yang diblokir presiden, dimulai dari Pak Bolton," kata para pemimpin penyelidikan pemakzulan.

sumber : AP
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement