REPUBLIKA.CO.ID, BANYUMAS -- Musim hujan berlangsung sejak akhir 2019 lalu. Akan tetapi di wilayah eks Karesidenan Banyumas, curah hujan cukup tinggi hanya berlangsung pada awal Januari 2020. Namun setelah itu, intensitas hujan kembali berkurang.
Kondisi ini menyebabkan petani mengalami kesulitan untuk memulai musim tanam. "Sampai saat ini, sawah di desa kami belum bisa seluruhnya memulai musim tanam. Meski sudah menyebar benih, namun kondisi tanah sawah masih kering," jelas Slamet Widodo, Kepala Desa Pegalongan Kecamatan Patikraja Kabupaten Banyumas, Senin (27/8).
Dia menyebut di desanya ada sekitar delapan ribu hektare sawah yang sebenarnya masuk dalam sistem pengairan irigasi teknis. Namun karena lokasinya di ujung saluran irigasi, air tidak sampai ke lahan sawah di desanya.
"Sampai saat ini, air irigasi masih kering sementara curah hujan juga masih sedikit. Kalaupun tanahnya basah, namun kondisinya masih belum memadai untuk memulai musim tanam," katanya.
Kondisi serupa juga terjadi di areal persawahan wilayah Desa Patikraja. Sampai saat ini, lahan sawah di desa ini juga masih banyak yang belum ditanami. "Kami sudah sebenarnya sudah menyebar benih, namun kalau hujannya masih seperti sekarang, kami khawatir tidak bisa tanam," jelas Puji, seorang petani di desa setempat.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Banyumas, Widarso, mengaku luas areal sawah yang telah ditanami padi hingga akhir Januari 2020 ini masih jauh dari yang diharapkan. Dari luas lahan sawah sekitar 32 ribu hektare, yang telah ditanami baru sekitar 16.500 hektare.
"Memang masih sangat jauh dari target. Baru sekitar 50 persen areal sawah yang sudah ditanami," katanya.
Dia mengakui kondisi hujan yang tidak menentu menjadi salah satu penyebab areal sawah di wilayahnya masih belum maksimal ditanami. "Selama musim penghujan ini, curah hujan cukup tinggi di Banyumas, hanya terjadi pada sekitar awal tahun 2020. Setelah itu, lebih sering tidak terjadi hujan," jelasnya.
Kondisi ini menurutnya menyebabkan volume air sungai yang dibendung untuk pengairan irigasi masih belum maksimal. Harapan petani agar sawahnya bisa terisi air hujan juga tidak terwujud.
Meski demikian dia menyebut sebagian besar areal sawah di Banyumas sebenarnya sudah dilakukan olah tanah. Selain itu, kebanyakan petani juga sudah menyebar benih.
Dalam kondisi seperti ini, kata Widarso, petani biasanya akan tetap berupaya melakukan tanam meski pun kebutuhan air masih belum mencukupi. "Kita berdoa saja, semoga ke depannya curah hujan kembali meningkat atau paling tidak normal sebagaimana saat musim penghujan," jelasnya.
Widarso mengakui musim panen di Banyumas akan mengalami keterlambatan cukup panjang. Dari semula musim tanam diharapkan bisa mulai berlangsung pada akhir 2019, ternyata mundur hingga lebih dari sebulan.
"Kemungkinan musim panen juga tidak akan berlangsung bersamaan. Ada yang bisa panen pada Maret 2020, namun kebanyakan baru akan memasuki panen pada April dan Mei 2020," katanya.