REPUBLIKA.CO.ID, REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Nabi Muhammad SAW adalah sosok yang mulia dan terhormat. Kendati demikian, beliau tetap bersikap rendah hati kepada siapapun.
Amru Khalid dalam bukunya Semulia Akhlak Nabi menceritakan sebuah kisah seorang perempuan yang diberikan kalung oleh Nabi SAW.
Saat Perang Khaibar, jumlah wanita yang ikut ada 20 orang, di antaranya ialah anak perempuan yang masih belia. Kepadanya, Nabi SAW berkata, “Kemarilah, naik di belakangku.” Rasulullah SAW mengajak gadis itu naik bersama untanya.
Jarak tempuh perjalanan sekitar 90 km. Para sahabat menuturkan, “Jika Nabi SAW ingin beristirahat, beliau menurunkan anak perempuan itu dari atas unta dengan cara menyuruh unta tersebut utuk berlutut.” Lalu, ia berkata, “Ke sinikan tanganmu.” Demikian Nabi SAW menurunkannya.
Gadis itu pun berkata, “Ketika perang telah usai dan kemenangan berada dalam tangan kaum Muslimin, aku melihat Rasulullah membagikan harta rampasan perang. Tatkala melihatku, beliau berkata, ‘Kemarilah’.”
Kemudian, gadis kecil itu menghampiri Rasulullah lalu mengeluarkan kalung. Kemudian, beliau berkata pada gadis itu, “Pakailah kalung ini.”
Ketika perempuan belia itu hendak mengambil kalungnya untuk dipakai, tiba-tiba Nabi melarangnya. “Jangan! Aku akan memakaikannya untukmu,” cegahnya. Lalu, Rasulullah memakaikan kalung tersebut ke leher gadis itu.
Anak perempuan tersebut berkata, “Demi Allah, setelah ini, kalung ini tidak akan terlepas dari leherku untuk selamanya karena aku telah bertekad agar dia terkubur bersamaku kelak, sampai datangnya hari kiamat. Pada hari itu, aku akan mengatakan padanya, ‘Kalung ini, wahai Rasulullah’.”
Begitulah kisah ketawadhuan Nabi Saw dalam berinteraksi dengan setiap orang. Kisah ini diceritakan dalam hadis riwayat Ahmad. Kasih sayang Rasulullah bisa membuat hati orang lain tersentuh dan matanya berlinang air mata.