Selasa 28 Jan 2020 08:21 WIB

Kekerasan dalam Unjuk Rasa di Irak Meningkat

Bentrokan antara pasukan keamanan dan demonstran menyebabkan kematian di Irak.

Rep: Lintar Satria/ Red: Nur Aini
Pengunjuk rasa di Irak
Foto: AP Photo/Hadi Mizban
Pengunjuk rasa di Irak

REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD -- Sekelompok orang bersenjata menembak mati dua orang pengunjuk rasa di selatan kota Nassiriya, Irak. Distrik-distrik di Baghdad pun menjadi medan pertempuran di hari ketiga pasukan keamanan berusaha mengakhiri demonstrasi berbulan-bulan menentang pemerintah yang didukung Iran.

Bentrokan yang terjadi pada akhir pekan kemarin menewaskan lima orang. Sebuah roket juga menghantam kompleks kedutaan besar Amerika Serikat (AS) yang berada di wilayah Zona Hijau tempat gedung-gedung pemerintahan berada.

Baca Juga

Senin (27/1), sumber keamanan mengatakan tiga orang terluka dalam serangan yang mendarat di komplek kedutaan AS tersebut. Itu merupakan serangan pertama ke Zona Hijau setelah bertahun tahun-tahun.

Militer Irak mengatakan lima roket Katyusha menghantam Zona Hijau pada Ahad (26/1) kemarin. Mereka tidak melaporkan ada korban jiwa dalam serangan tersebut. Kedutaan Besar AS belum memberikan komentar.

Pihak berwenang mulai memukul mundur pengunjuk rasa pada Sabtu (25/1). Mereka berusaha mengakhiri protes yang berlangsung sejak 1 Oktober di Baghdad dan kota-kota lain di selatan Irak. Pengunjuk rasa menuntut korupsi segera ditumpas, semua elit politik mundur, dan pemilihan umum yang bebas.

Setidaknya 75 orang terluka, sebagian besar karena tembakan peluru tajam di Nassiriya. Sumber keamanan dan medis mengatakan bentrokan terjadi ketika pasukan keamanan berusaha memukul mundur pengunjuk rasa dari jembatan di kota itu.

Empat orang penembak tak dikenal yang dibawa oleh sebuah truk menyerang pengunjuk rasa di kamp mereka. Salah satu sumber mengatakan para pelaku menembak mati dua orang dan membakar tenda-tenda pengunjuk rasa.  

Saksi mata mengatakan para pengunjuk rasa mulai membangun struktur permanen dengan batu bata. Sementara yang lainnya menerobos ke kantor polisi dan membakar lima kendaraan polisi yang diparkir di sana.

Gerakan tanpa pemimpin itu menjadi tantangan tak biasa bagi pemerintah Irak yang didukung Iran. Kelompok muslim Syiah mulai berkuasa sejak AS melakukan invasi untuk menggulingkan diktaktor Saddam Hussein pada 2003.

Pada Senin, pertempuran sengit terjadi di wilayah Khiliani yang terletak di pusat kota Baghdad dekat Tahrir Square. Pengunjuk rasa melempari pasukan keamanan dengan batu dan bom molotov. Pasukan keamanan membalasnya dengan gas air mata, peluru karet, dan peluru tajam yang ditembakan ke udara.

Beberapa pengunjuk rasa menari di garis depan. Sementara, beberapa orang lainnya berlindung di balik blok-blok beton dan pohan atau menggunakan logam.

"Ini revolusi damai, mereka menggunakan berbagai tembakan terhadap kami, peluru tajam dan tabung gas air mata, saya terluka di wajah saya," kata salah seorang pengunjuk rasa yang menyebut namanya sebagai Allawi.

Unjuk rasa berlanjut di kota-kota di sebelah selatan. Walaupun pasukan keamanan berulang kali membongkar tenda-tenda para demonstran. Hampir 500 orang tewas dalam kerusuhan ini baik pasukan keamanan maupun orang tidak dikenal menembaki orang-orang hingga tewas. 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement