Selasa 28 Jan 2020 10:16 WIB

Helikopter Kobe Bryant Hindari Awan Sebelum Jatuh

Helikopter Kobe Bryant diperkirakan jatuh pukul 09.45 waktu setempat.

Seorang wanita menghapus air matanya saat berkumpul di Staples Center Los Angeles, Senin (27/1) waktu AS, untuk mengenang kepergian Kobe Bryant.
Foto: AP
Seorang wanita menghapus air matanya saat berkumpul di Staples Center Los Angeles, Senin (27/1) waktu AS, untuk mengenang kepergian Kobe Bryant.

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Rizky Jaramaya

Dewan Keselamatan Transportasi Nasional (NTSB) menyatakan, helikopter yang ditumpangi pebasket legendaris Kobe Bryant naik ke ketinggian lebih dari 1.000 kaki untuk menghindari awan sebelum terjatuh. Pilot helikopter itu menyampaikan posisi terakhirnya kepada pengawas lalu lintas udara dalam pesan radio.

Baca Juga

Jennifer Homendy dari NTSB mengatakan, radar mengindikasikan bahwa helikopter itu mencapai ketinggian 2.300 kaki sebelum jatuh di lereng bukit. Penyelidik NTSB pergi ke lokasi kecelakaan pada Senin untuk mengumpulkan bukti.

"Sebaran puingnya cukup luas. Sepotong ekornya menuruni bukit, badan helikopter ada di sisi lain bukit dan rotor utama berada sekitar 100 yard (91 meter) di luar itu," ujar Homendy.

Homendy menambahkan, pilot telah meminta dan menerima izin khusus untuk terbang dalam kabut tebal beberapa menit sebelum kecelakaan. Helikopter itu terbang pada ketinggian 1.400 kaki (427 meter) ketika melaju ke selatan dan kemudian ke barat.

Pilot kemudian meminta pengontrol lalu lintas udara untuk memberikan bantuan radar. Namun, helikopter tersebut terbang terlalu rendah sehingga tidak terjangkau dengan radar. Sekitar empat menit kemudian pilot disarankan meningkatkan ketinggian untuk menghindari awan.

“Ketika ATC bertanya apa yang dilakukan oleh pilot, tidak ada jawaban. Data radar menunjukkan helikopter naik ke 2.300 kaki (701 meter) dan kemudian mulai berbelok ke kiri. Kontak radar terakhir adalah sekitar jam 09.45 pagi," kata Homendy.

Dua menit kemudian, seseorang menelpon 911 dan melaporkan kecelakaan itu. Beberapa ahli menyatakan bahwa pilot diduga bingung mengendalikan helikopter karena kabut. Namun, Homendy mengatakan, tim investigasi akan melihat segala kemungkinan penyebab kecelakaan mulai dari sejarah pilot hingga mesin.

"Kami melihat faktor manusia, mesin, dan lingkungan. Sementara faktor cuaca hanya sebagian kecil," ujar Homendy.

Seorang instruktur penerbangan helikopter, Randy Waldman, mengatakan, seorang pilot yang kebingungan mungkin hanya memiliki sedikit waktu untuk menghindari kecelakaan fatal. Beberapa ahli mempertanyakan mengapa helikopter itu diizinkan terbang di tengah cuaca yang berkabut.

"Secara visual, jika Anda terjebak dalam situasi di mana Anda tidak dapat melihat dengan jelas, harapan hidup pilot dan pesawat udara mungkin 10 atau 15 detik dan itu terjadi setiap saat," ujar Waldman.

Helikopter itu meninggalkan Santa Ana di Orange County, selatan Los Angeles pada jam 9 pagi waktu setempat. Bryant dan putrinya Gianna akan menuju Thousand Oaks untuk menghadiri turnamen basket.

Pengendali lalu lintas udara mencatat visibilitas buruk di sekitar Burbank dan Van Nuys. Pada satu titik, pengendali memerintahkan helikopter untuk berputar karena ada pesawat lain di daerah itu.

Seorang pensiunan Angkatan Darat yang pernah menerbangkan helikopter di Irak, Jerry Kidrick, mengatakan, pilot helikopter yang membawa Bryant kemungkinan bingung dan panik. Karena dia meningkatkan ketinggian kemudian turun dengan cepat. Ketika itu terjadi, pilot harus segera beralih menerbangkan pesawat dengan menggunakan instrumen mesin.

"Ini salah satu kondisi paling berbahaya. Jika pilot tidak terlatih cukup baik untuk memercayai instrumen, dia akan panik," ujar Kidrick yang kini mengajar di Embry-Riddle Aeronautical University.

Di antara mereka yang tewas dalam kecelakaan itu adalah John Altobelli pelatih kepala dari tim bisbol Orange Coast College California Selatan; istrinya, Keri; dan putrinya, Alyssa. Selain itu, ada pula Christina Mauser, pelatih bola basket putri di sekolah dasar California Selatan, dikutup dari Associated Press.

photo
Anggota National Transportation Safety Board Jennifer Homendy, di podium, dan Los Angeles County Sheriff Alex Villanueva, memberikan keteragan pers tentang jatuhnya helikopter yang ditumpangi Kobe Bryant, Selasa (28/1).

LA Tanpa Bryant

Kobe Bryant merupakan tokoh ikonik bagi Kota Los Angeles. Kemarin, masyarakat Los Angeles berkumpul dan meneriakkan nama Kobe Bryant di plaza seberang Staples Center atau rumah bagi LA Lakers tim tempat Bryant dulu bergabung.

"Kobe!, MVP!, MVP!," terus diteriakkan penggemar yang berkumpul.

Lilin dinyalakan. Pesan dan surat diletakkan untuk mengenang sang idola. Bunga tampak bertumpuk, beberapa dikaitkan dengan balon warna ungu dan emas alias warna tim Lakers.

Dulu gempita serupa hadir saat Bryant lima kali membawa Lakers ke puncak kemenangan NBA. Kali ini publik berkumpul dalam tangis dan hari setelah helikopter yang ditumpang Bryant jatuh.

Seperti kebanyakan penduduk Los Angeles, Bryant adalah seorang "transplant". Dia lahir di Philadelphia, tumbuh di Italia, lalu kembali ke Philadelphia. Bryant namun paling diidentifikasi dengan Los Angeles selama 20 tahun terakhir.

Bryant juga tidak selalu hidup dalam kenyamanan. Pada 2003, Bryant terkena dugaan kasus pelecehan seksual di sebuah hotel di Colorado. Saat itu dia sampai kehilangan sponsor dan penggemarnya. Reputasinya tercemar.

Kasus tersebut akhirnya dibatalkan. Bryant dan penuduhnya menyelesaikan masalah di luar jalur hukum.

Kehidupan pribadi Bryant pun tak selalu mulus. Pada 2011 istrinya Vanessa sempat meminta cerai. Keduanya rujuk setahun kemudian.

Perkawinan Bryant dan Vanessa juga awalnya tidak disetujui keluarga Bryant. Orang tua Bryant tidak menghadiri perkawinan tersebut.

Namun, mungkin justru ketidaksempurnaan Bryant membuat penggemar merasa ia tak ubahnya mereka semua. Memiliki kerikil kehidupan.

Seorang penggemar yang ikut berkumpul di luar Staples Center, Jason Ackerman, mengatakan Bryant bukan sekadar atlet. "Dia memberi harapan bagi kota ini," katanya.

Mantan agen Bryant, Arn Tellem, mengatakan kematian Bryant menyedihkan karena ia percaya mendiang memiliki talenta besar pascapensiun dari NBA. "Dia sudah sangat mapan di jalannya."

Penggemar lain, Steven Brugge, mengatakan, Bryant adalah jiwa dari Los Angeles. "Dia sungguh berarti, dan bukan hanya karena dia memenangkan pertandingan."

Bryant disebutnya sebagai sosok yang memang pantas mewakili Los Angeles. Sebagai pribadi dan profesional.

Mungkin cicitan dari Leonardo DiCaprio paling tepat menggambarkan perasaan penduduk Los Angeles tanpa Bryant. "LA tidak akan pernah terasa sama," ujar DiCaprio di akun Twitter-nya.

photo
Infografis Kobe Bryant.

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement