Selasa 28 Jan 2020 16:48 WIB

Jacinda Ardern akan Hadapi Pemilihan Umum yang Ketat

Pakar politik prediksi akan terjadi kompetisi yang ketat dalam pemilu Selandia Baru

Rep: Lintar Satria/ Red: Christiyaningsih
Jacinda Ardern akan hadapi pemilihan umum yang ketat. Ilustrasi.
Foto: AP
Jacinda Ardern akan hadapi pemilihan umum yang ketat. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, WELLINGTON -- Rakyat Selandia Baru akan melakukan pemungutan suara pada 19 September untuk menentukan periode kedua Perdana Menteri Jacinda Ardern. Pakar politik memprediksi akan terjadi kompetisi yang ketat.

"Saya tidak membuat prediksi dalam hal ini karena akan menjadi kompetisi yang ketat," kata pengajar di Massey University, Grant Duncan.

Baca Juga

Rakyat Selandia Baru juga akan memberikan suara dalam referendum dalam isu-isu sensitif seperti legalisasi mariyuana dan euthanasia. Referendum dalam legalisasi mariyuana dan euthanasia juga mendistraksi dan memecah belah.

Ardern sangat populer di antara pemilih liberal di luar negeri karena belas kasihnya dalam penembakan massal tahun lalu. Ia juga fokus mengatasi perubahan iklim, multilateralisme, dan dikagumi karena dapat menggabungkan sikap kepemimpinan dan keibuan.

Namun popularitasnya di dalam negeri dipengaruhi oleh perlambatan pertumbuhan ekonomi dan rendahnya kepercayaan bisnis. Ia juga gagal mengimplementasikan proyek perumahan negara dan koalisi pemerintahannya juga diterpa skandal.

"Saya akan meminta warga Selandia Baru untuk terus mendukung kepemimpinan saya dan arah pemerintahan saat ini, yang pada dasarnya stabil, perekonomian kuat dan maju dalam menghadapi tantangan jangka panjang yang dihadapi Selandia Baru," kata Ardern dalam konferensi pers, Selasa (28/1).

Pada bulan lalu Kementerian Keuangan Selandia Baru memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi tahun 2020. Mereka juga menandai adanya defisit anggaran karena gejolak internasional seperti Brexit dan perang dagang AS-China.

Demi mengatasi faktor-faktor tersebut, bulan lalu pemerintah Selandia Baru mengumumkan pengeluaran seperti 12 miliar dolar Selandia Baru atau 7,7 miliar dolar AS untuk infrastruktur. Dua jajak pendapat Oktober lalu menunjukkan dukungan terhadap koalisi pemerintah Arden paling rendah sejak tahun 2017. Popularitasnya juga menurun tapi masih tetap jauh di atas rival-rivalnya.

Dalam wawancara bulan lalu Ardern mencatat masih ada pekerjaan yang perlu diselesaikan. Tapi dukungan terhadap partainya lebih tinggi dibandingkan pemilihan umum 2017.

Pemimpin berusia 39 tahun itu menjadi pemimpin negara termuda pada 2017. Namanya ada di muncul di berbagai media di seluruh dunia dan memicu frasa 'Jacinda-mania'.

Ia sangat bersemangat mengampanyekan pengentasan kemiskinan pada anak dan kesetaraan ekonomi. Ardern berhasil mengalahkan partai moderat kanan National Party dan membentuk pemerintahan kecil, New Zealand First Party dan Green Party, di bawah sistem pemungutan proporsional.

Cara Ardern menanggapi penembakan massal di dua masjid di Christchurch Maret tahun lalu menuai pujian. Ia mengenakan selendang saat menemui keluarga korban dan bergerak cepat melarang senjata api semi-otomatis melalui parlemen.

Ia pemimpin negara kedua, setelah mantan Perdana Menteri Pakistan Benazir Bhutto, yang melahirkan saat menjabat. Ardern menghadiri Sidang Umum PBB bersama bayinya. 

Kritikus menuduh Ardern menarik simpati masyarakat global. Tapi hanya sedikit menciptakan perubahan di dalam negeri. 

"Rakyat Selandia Baru melihat Labour Party dan Jacinda Ardern tidak dapat menghasilkan apa-apa, meskipun banyak pengumuman, kepemimpinan yang sebenarnya menghasilkan sesuatu," kata ketua National Party Simon Bridges.

Pada pekan lalu Ardern mengatakan dalam kampanye 2020 partainya 'tanpa henti melakukan kampanye yang positif'. Sebagai upaya memerangi informasi menyimpang, ia mengumumkan partainya mendorong transparansi iklan Facebook. 

"Kami meminta untuk periode selanjutnya untuk menyelesaikan pekerjaan," kata Ardern.

Referendum mariyuana didukung oleh Green Party. Hal ini akan mendorong anak-anak muda untuk datang ke tempat pemungutan suara. Tapi menurut Duncan ada kekhawatiran ada begitu banyak hal yang akan terjadi.

"Isu besarnya adalah bagaimana perasaan rakyat dengan performa pemerintah. Ini performa yang berhubungan dengan perumahan dan kemiskinan anak dan akan ada debat tentang perubahan iklim," kata Duncan.

Ardern mengatakan parlemen akan resmi dibubarkan pada 12 Agustus. Sampai saat ini pemerintahan akan berjalan seperti biasa.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement