REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kebahagian yang kerap dimaknai manusia umumnya selalu bersumber dari hal-hal yang bersifat materialistik. Padahal sesungguhnya, kebahagian sejati dapat diperoleh dengan menyertakan hati kita untuk dapat mengingat Allah SWT dalam setiap aktivitas.
Dalam buku Jejak Shufi Modern karya Abu Fajar Alqalami disebutkan, manusia kerap tertipu dengan hadirnya rumah bagus, kendaraan, harta yang berlimpah, hingga jabatan yang tinggi. Semua hal materialistik itu kerap dimaknai sebagai kebahagiaan oleh segelintir manusia.
Kebahagian memang bisa saja hadir dengan adanya benda-benda itu atau jabatan yang ada, namun sesungguhnya hati manusia belum tentu merasa bahagia dengan kehadiran material tersebut. Kecantikan dan ketampanan juga bukan selalu menjadi sumber kebahagiaan, pun bagi mereka yang jago berguyon dan tertawa menghibur banyak orang.
Di balik ketampanan dan kecantikan serta pandainya orang memainkan watak, belum tentu hati mereka terisi dengan kebahagiaan yang sepadan dengan tampilan yang ada di luarnya. Semua diibaratkan fatamorgana, indah namun bukanlah hal yang nyata apalagi abadi.
Kesemuanya itu adalah medium yang menghantarkan manusia dalam kebahagiaan. Kebahagiaan yang dimaksud, puncaknya bersumber pada mengingat Allah SWT.
Misalnya dalam kenikmatan mata yang dapat melihat keindahan, telinga yang dapat mendengar suara-suara merdu nan baik, kenikmatan lidah yang dapat merasa, kenikmatan anggota tubuh lainnya, dan kenikmatan hati yang selalu mengingat Allah atas setiap hal yang dilakukan dari aktivitas tersebut. Semuanya apabila dilakukan atas dasar mengingat Allah, maka puncak kebahagiaan sesungguhnya telah digenggam manusia.