Rabu 29 Jan 2020 04:41 WIB

Mengingat Allah Bagian dari Puncak Kebahagiaan

Hal materialistik kerap dimaknai sebagai kebahagiaan oleh segelintir manusia.

Rep: Imas Damayanti/ Red: Ani Nursalikah
Mengingat Allah Bagian dari Puncak Kebahagiaan
Foto: Republika/Tahta Aidilla
Mengingat Allah Bagian dari Puncak Kebahagiaan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kebahagian yang kerap dimaknai manusia umumnya selalu bersumber dari hal-hal yang bersifat materialistik. Padahal sesungguhnya, kebahagian sejati dapat diperoleh dengan menyertakan hati kita untuk dapat mengingat Allah SWT dalam setiap aktivitas.

Dalam buku Jejak Shufi Modern karya Abu Fajar Alqalami disebutkan, manusia kerap tertipu dengan hadirnya rumah bagus, kendaraan, harta yang berlimpah, hingga jabatan yang tinggi. Semua hal materialistik itu kerap dimaknai sebagai kebahagiaan oleh segelintir manusia.

Baca Juga

Kebahagian memang bisa saja hadir dengan adanya benda-benda itu atau jabatan yang ada, namun sesungguhnya hati manusia belum tentu merasa bahagia dengan kehadiran material tersebut. Kecantikan dan ketampanan juga bukan selalu menjadi sumber kebahagiaan, pun bagi mereka yang jago berguyon dan tertawa menghibur banyak orang.

Di balik ketampanan dan kecantikan serta pandainya orang memainkan watak, belum tentu hati mereka terisi dengan kebahagiaan yang sepadan dengan tampilan yang ada di luarnya. Semua diibaratkan fatamorgana, indah namun bukanlah hal yang nyata apalagi abadi.