REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Wakil Presiden KH Ma'ruf Amin menilai perlunya pendekatan agama untuk menciptakan kerukunan di dunia. Ma'ruf menilai konflik global yang terjadi dewasa ini tidaklah cukup diselesaikan hanya dengan pendekatan politik dan militer.
Pernyataan itu disampaikan Ma’ruf ketika menerima pendiri Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) Dino Pati Djalal beserta jajarannya di Kantor Wapres, Jakarta, Selasa (28/1).
“Bahwa politik, apalagi pendekatan militer tidak dapat digunakan untuk menciptakan kerukunan. Pendekatan keagamaan, forum-forum, upaya-upaya komunikasi yang harus dikedepankan untuk menciptakan kerukunan," kata Ma'ruf dalam keterangan tertulis yang diterima wartawan, Selasa (28/1).
Menurut Ma'ruf, para pemuka agama dalam menghadapi konflik global saat ini juga tidak hanya selesai pada capaian rukun, tetapi bagaimana rukun bisa merukunkan.
Ma'ruf pun menyebut, membangun kerukunan diperlukan pilar yang kuat. Ia mencontohkan bahwa Indonesia memiliki empat pilar, yakni ideologi, yuridis, sosiologis, dan teologis.
Ia menerangkan, pertama, yaitu Pancasila, UUD 1945, lalu kedua yuridis, yaitu dasar-dasar hukumz lalu ketiga sosiologis, yaitu kearifan lokal yang sudah dimiliki Indonesia.
"Dan keempat yaitu teologis, yaitu menyebarkan narasi-narasi kerukunan, dimulai dari majelis-majelis keagamaan, membangun komunikasi antar umat beragama," kata Ma'ruf.
Kepada FCPI, Ma'ruf juga berharap agar programnya dapat mencakup semua agama, seperti Hindu, Budha, mengingat konflik yang terjadi di India dan Myanmar. Jadi, tidak hanya berfokus pada kerukunan agama Islam dengan Kristen.
Maruf juga mendukung program FPCI yakni 1.000 Abrahamic Circles yang merupakan program untuk mengurangi ketegangan antarumat agama di akar rumput.