Rabu 29 Jan 2020 13:17 WIB

Jokowi Ungkap Alasan Belum Evakuasi WNI di Wuhan

Pemerintah tak bisa evakuasi karena kebijakan Cina yang mengunci 15 kota

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Esthi Maharani
Pesawat All Nippon Airways bersiap terbang ke Wuhan untuk menjemput warga negara Jepang pada Selasa (28/1). Pesawat dari Jepang membawa pulang 206 warga negara Jepang dari Wuhan dan tiba di Bandara Haneda, Tokyo pada Rabu (29/1).
Foto: Jiji Press/EPA
Pesawat All Nippon Airways bersiap terbang ke Wuhan untuk menjemput warga negara Jepang pada Selasa (28/1). Pesawat dari Jepang membawa pulang 206 warga negara Jepang dari Wuhan dan tiba di Bandara Haneda, Tokyo pada Rabu (29/1).

REPUBLIKA.CO.ID, CIMAHI -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengakui bahwa pemerintah Indonesia memiliki opsi untuk mengevakuasi warga negara Indonesia (WNI) dari Cina, terutama Kota Wuhan sebagai pusat penyebaran virus corona baru (2019-nCov). Hanya saja, ujarnya, opsi tersebut belum bisa dilakukan karena sejumlah hal.

Alasan utama di balik belum dievakuasinya WNI dari Cina, menurut Jokowi, adalah kebijakan pemerintah setempat yang masih mengunci (lock down) 15 kota yang warganya paling banyak terinfeksi virus corona terutama Wuhan. Pemerintah Indonesia pun tak bisa sembarangan mengeluarkan orang dari dari dalam kota-kota tersebut.

Baca Juga

"Berkaitan dengan evakuasi WNI kita yang ada di Wuhan dan 15 kota lain, yang di locked, tentu saja pemerintah memiliki opsi untuk evakuasi. Tetapi sekali lagi, kota-kota itu masih dikunci," ujar Jokowi usai meninjau Puskesmas Cimahi Selatan, Cimahi, Jawa Barat, Rabu (29/1).

Meski langkah evakuasi urung dilakukan, presiden menjamin komunikasi dengan seluruh WNI yang masih bertahan di kota-kota terisolasi tetap berjalan baik. Presiden memastikan KBRI di Cina terus memantau kondisi WNI di sana, termasuk mendata kebutuhan logistik.

"Paling penting komunikasi antara KBRI dengan mahasiswa dan masyarakat yang ada di sana selalu terjalin dengan baik. Nanti dalam 4-5 hari urusan logistik yang akan dicarikan solusi," ujar Presiden.

Hingga Selasa (28/1) kemarin, pemerintah Cina mengonfirmasi 81 kematian dan 2.761 kasus infeksi virus corona baru yang berasal dari Wuhan. Libur Tahun Baru Imlek juga diumumkan untuk diperpanjang hingga 2 Februari. Masa libur tiga hari lebih panjang dibandingkan jadwal yang ditetapkan sebelumnya yakni pada 30 Januari.

Jumlah kasus terkait virus corona baru yang dikonfirmasi di Cina telah meningkat sekitar 30 persen. Perusahaan-perusahaan di negara itu juga telah menutup kegiatan untuk sementara waktu. Sebagian perusahaan meminta stafnya bekerja dari rumah untuk mengekang penyebaran virus ini.

Hampir setengah dari infeksi virus corona baru terjadi di Hubei, provinsi di mana Wuhan berada. Para pejabat kesehatan Cina mengatakan jumlah kematian akibat virus yang memunculkan gejala mirip flu ini di provinsi tersebut bertambah menjadi 76 dari 56.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement