REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Mengahafal Alquran memang merupakan tindakan positif yang bakal diganjar pahala yang luar biasa dari Allah SWT. Di sisi lain, menghafal Alquran juga memiliki relevansi terhadap kecerdasan kognitif seseorang.
President Director Program Pembibitan Penghafal Alquran (PPPA) Daarul Qur’an, Abdul Ghofur menjelaskan, mengahafl Alquran bukan hanya memiliki sisi baik dalam perspektif agama. Sisi baik dari menghafal Alquran juga dinilai mampu meningkatkan kemampuan kognitif seseorang.
“Misalnya saja kalau kita bandingkan, orang yang menghafal Alquran itu rata-rata lebih menonjol dibandingkan mereka yang tidak menghafal Alquran di dunia akademik,” kata Ghofur saat berkunjung ke kantor Republika, Jakarta, Selasa (28/1).
Dia menyebutkan, menghafal Alquran dapat meningkatkan kemampuan mengingat dan juga berpikir secara lebih kritis dan terukur. Orang-orang yang menghafal Alquran (tahfiz), kata Ghofur, cenderung lebih berkualitas dalam melakukan aktivitasnya.
Dalam dunia akademik misalnya, apabila para tahfiz tersebut dicontohkan masuk ke sekolah paket, tak serta-merta mereka gagal bersaing dalam dunia akademik. Banyak contoh, kata dia, bagaimana para tahfiz yang berasal dari jenjang pendidikan sekolah paket tersebut yang berprestasi saat menempuh pendidikan di perguruan tinggi.
Menghafal Alquran juga merupakan aktivitas yang mulia dan terhormat. Dia menyebut, apabila seorang anak mampu menghafal Alquran, Allah menjanjikan kepastian surga kepada dirinya beserta kedua orang tuanya.
Meski begitu dia pun mengimbau, menghafal Alquran sejatinya tak melulu difokuskan kepada mereka yang berada di kalangan anak-anak. Para orang tua serta orang-orang dewasa pun harus termotivasi untuk melakukan hal yang serupa. Sehingga apabila seluruh lingkup keluarga menghafal Alquran, maka Allah akan memberkahi keluarga tersebut di dunia maupun akhirat.
Kembali terhadap kecerdasan kognitif atas relevansi menghafal Alquran juga terjadi di lingkup kerja. Menurutnya, para tahfiz kerap profesional dalam melakukan aktivitasnya. Efektivitas waktu selalu dimanfaatkan sebisa mungkin yang mana hal itu merupakan anjuran penting dalam Alquran. Dalam Alquran, pentingnya waktu memang harus benar-benar diperhatikan manusia.
Anjuran Alquran mengenai pentingnya waktu tersebut pun banyak diabadikan dalam beerbagai macam redaksi dalam Alquran. Prof Quraish Shihab dalam kitab Tafsir Al-Mishbah menjelaskan, kata al-waqt (waktu) dalam Alquran diartikan sebagai batas akhir suatu kesempatan untuk menyelesaikan pekejaan. Bukan untuk membiarkan pekerjaan berlalu begitu saja.
Sedangkan menurut dalam buku Manajemen Waktu karya Yusuf al-Qardhawi, manusia memang harus menggunakan waktu yang dimiliki dengan sebaik-baiknya sebelum semuanya berlalu. Manusa yang berakal sesungguhnya memiliki empat pembagian waktu.
Keempatnya antara lain, bermunajat kepada Allah, mengukur kapasitas dirinya, memikirkan ciptaan Allah (belajar), dan saat menikmati makanan dan minuman atau rezeki yang diberikan Allah SWT. Sesungguhnya, terdapat keajaiban dan hikmah dari setiap makanan dan minuman yang dikonsumsi setiap manusia.
Gema Alquran
Salah satu pengurus inti Pusat Studi Qur’an (PSQ) Nasywa Shihab menyatakan, menggemakan Alquran sejatinya merupakan kewajiban setiap Muslim. Bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam Alquran merupakan hal-hal yang bersifat kebaikan dan perlu disyiarkan lebih jauh.
“Kita senang misalnya apabila setiap Muslim itu ghirah-nya memang mensyiarkan Alquran. Bentuknya bisa lewat organisasi, majelis-majelis taklim, dan lain. Luas sekali," kata dia.
Menurutnya, setiap huruf yang ada di dalam Alquran berisi mengenai kebaikan. Apabila dikaji dan diamalkan, maka manusia akan mendapatkan keuntungan-keuntungan yang luar biasa. Belum lagi ganjaran yang Allah janjikan kepada mereka yang gemar menggelorakan Alquran.