REPUBLIKA.CO.ID, DUSHANBE -- Pihak berwenang di kota terbesar kedua di Tajikistan, Khujand, telah memerintahkan agar sebuah masjid besar dan populer di kota itu diubah menjadi sebuah bioskop. Surat kabar Asia-Plus pada 28 Januari lalu mengutip pernyataan kepala departemen budaya di pemerintah daerah provinsi Sughd, Bahtiyor Qosimov, yang mengatakan kota Khujand kekurangan bioskop.
Atas dasar alasan itulah, Masjid Nuri Islom di kota yang terletak di utara Tajikistan akan diubah menjadi bioskop. Masjid yang dapat menampung hingga 5.000 jamaah itu akan dipasang dengan peralatan proyeksi film di bagian aula dan dilengkapi dengan 80 kursi.
"Selain menampilkan film, kami juga akan mengadakan pertemuan untuk penggemar film. Setelah menayangkan film, orang akan dapat berkumpul dan mendiskusikan apa yang telah mereka tonton. Itulah yang mereka lakukan di Eropa," kata Qosimov, dilansir di Eurasianet, Rabu (29/1).
Bioskop baru itu akan dibuka pada Maret mendatang, bertepatan dengan momen Festival Tahun Baru Persia di Nowruz. Langkah pemerintah Tajikistan mengubah fungsi masjid menjadi bioskop ini menjadi salah satu upaya pemerintah yang semakin menargetkan lembaga-lembaga Islam.
Masjid Nuri Islom adalah satu dari ribuan masjid lainnya yang berupaya dihapus oleh pemerintah Tajikistan. Sekitar 2.000 masjid telah dibubarkan di seluruh Tajikistan selama tiga tahun terakhir, dengan alasan kekurangan dokumentasi yang diperlukan. Banyak masjid yang didekonsekrasi (pengubahan tempat keagamaan ke penggunaan non-agama) dan diubah menjadi kafe, pabrik jahit, taman kanak-kanak, dan fasilitas umum lainnya.
Bahkan pada akhir tahun lalu, Presiden Emomali Rahmon meminta warganya berhenti membangun masjid, dan sebagai gantinya mendirikan sekolah dan rumah sakit. Ia mengatakan, penduduk dengan tangannya sendiri membangun lebih dari 5.000 masjid. Kini, kata dia, sudah waktunya menginvestasikan kembali energi mereka untuk membangun sekolah dan klinik kesehatan.
Sikap Rahmon terhadap Islam ini dinilai berseberangan dengan tindakannya sebelumnya yang tampak mendekatkan diri pada Islam. Misalnya, saat ia melaksanakan ibadah haji bersama keluarganya dan sejumlah pejabat tinggi pada Januari 2016. Momen itu diabadikan dalam serangkaian foto yang menunjukkan ia tengah beribadah di Masjid al Haram di Makkah.
Namun, di waktu lain, ia telah mengeluarkan kebijakan yang cenderung mengintimidasi umat Muslim yang taat dengan keyakinan mereka dengan kebijakannya yang sangat sekuler. Bahkan, laki-laki Muslim kerap dilecehkan oleh polisi karena menumbuhkan jenggot. Sedangkan perempuan berjilbab juga kerap diintimidasi.
Sementara itu, para imam yang hendak menyampaikan khutbah telah disiapkan sebelumnya dan disetujui oleh pihak berwenang. Tidak heran, jika isi khutbahnya kerap ditujukan untuk memuji Rahmon dan kepemimpinan nasional.
Tidak hanya itu, masjid yang lebih besar pun dilengkapi dengan kamera pengintai guna memastikan perintah mereka dipenuhi. Dalam beberapa pekan terakhir, pihak berwenang menangkap lusinan orang yang mereka tuduh sebagai anggota Ikhwanul Muslimin, sebuah gerakan yang lahir di Mesir pada 1920-an sebagai organisasi yang bertujuan memulihkan Islam yang lebih murni.
Namun, hingga kini pihak berwenang justru enggan mengonfirmasi penangkapan ini terjadi. Akan tetapi, Jaksa Agung Yusuf Rahmon mengatakan kepada wartawan pada 28 Januari lalu, 113 orang telah ditahan sejak awal tahun ini. Mereka diduga pengikut Ikhwanul Muslimin yang telah dilarang di Tajikistan sejak 2006.
"Di antara para tahanan, ada satu pegawai administrasi kota Isfara dan sekitar 20 guru dari berbagai universitas di Tajikistan," kata Yusuf Rahmon.