REPUBLIKA.CO.ID, GUNUNG KIDUL -- Dinas Pariwisata Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, memastikan kasus antraks tidak mempengaruhi jumlah kunjungan wisatawan. Kepala Dinas Pariwisata Gunung Kidul Asty Wijayanti mengatakan 90 persen kunjungan wisatawan adalah ke pantai.
"Insya Allah tidak terpengaruh dengan kasus antraks," kata Asty, Rabu (29/1).
Ia mengatakan kunjungan wisata saat libur akhir tahun serta libur tahun baru Imlek cukup tinggi. Kasus antraks hanya terdampak yakni kuliner daging. Sementara, wisatawan yang banyak ke pantai akan banyak mengonsumsi ikan laut.
"Yang terpengaruh kasus antraks mungkin kuliner berbahan baku daging, seperti bakso. Kalau kunjungan wisata, alhamdulillah tidak,” kata dia.
Soal ancaman virus corona yang berasal dari Wuhan, China, Asty mengatakan potensi itu sedikit. Ia mengatakan jumlah wisatawan mancanegara di Gunung Kidul hanya berkisar 20 ribu pada 2019.
Jumlah wisman di Gunung Kidul lebih banyak dari Malaysia, Singapura dan Thailand. Sedangkan wisatawan dari China jumlahnya tidak banyak.
"Jumlah itu terbilang sedikit dibanding jumlah kunjungan wisatawan domestik sebanyak 3.267.497 orang," katanya.
Jumlah kunjungan wisatawan per 27 Januari 2020 sebanyak 364.545 orang. Ia mengatakan jumlah itu sudah 10 persen dari target kunjungan wisatawan tahun ini yang sebesar 3,7 juta.
Di sisi lain, pendapatan asli daerah dari sektor pariwisata telah berada di angka Rp 2,93 miliar dari target Rp 29,6 miliar. Menurut dia, wisata Gunung Kidul bisa terimbas ancaman virus corona jika dua bandara di Yogyakarta, Bandara Adisutjipto dan Bandara Internasional Yogyakarta di Kulon Progo, menerima kedatangan wisatawan dari China dalam jumlah besar.
Ia mencontohkan bagaimana Batam sempat diterpa kepanikan lantaran banyak wisatawan datang dari China. "Kami tegaskan Gunung Kidul tetap aman dikunjungi. Konsumsi daging juga tetap sehat asal memilih tempat kuliner yang memasak daging sesuai ketentuan," kata Asty.