Rabu 29 Jan 2020 23:11 WIB

Makna-Makna Lain Shalat yang Disebutkan dalam Alquran

Shalat mempunyai makna yang tidak hanya pada ibadah lima waktu.

Rep: MgRol 127/ Red: Nashih Nashrullah
 Shalat mempunyai makna yang tidak hanya pada ibadah lima waktu.  Shalat sunnah (ilustrasi)
Foto: Republika/Tahta Aidilla
Shalat mempunyai makna yang tidak hanya pada ibadah lima waktu. Shalat sunnah (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Shalat dalam arti umum yaitu sebuah ibadah ritual yang diwajibkan oleh Allah SWT kepada umat Muslim. Secara bahasa shalat berasal dari bahasa Arab yang artinya doa. 

Sedangkan, menurut istilah, shalat adalah serangkaian kegiatan ibadah khusus atau tertentu yang dimulai dengan takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam.  

Baca Juga

Seperti firman Allah SWT di QS al-Baqarah : 238, Allah memerintahkan umatnya untuk shalat lima waktu yang merupakan ibadah ritual umat Muslim. “Peliharalah segala salat (mu), dan (peliharalah) shalat wusthaa. Berdirilah karena Allah (dalam salatmu) dengan khusyuk.”  

Namun, tahukah Anda makna-makna lain dari shalat, selain dianggap sebagai ibadah ritual yang diwajibkan  Allah SWT? Dalam bukunya “Salah Paham Al-Quran,” Ahmad Sarwat, Lc. MA menjabarkannya menjadi beberapa makna lain.  

1. Shalat Jumat

Ternyata, Allah juga menjelaskan makna shalat selain shalat lima waktu. Misalnya, seperti ayat Allah yang menyampaikan tentang shalat Jumat seperti ayat berikut ini.

“Wahai orang-orang yang beriman! Apabila telah diseru untuk melaksanakan salat pada hari Jumat, maka segeralah kamu mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.”

2. Shalat jenazah

Shalat yang dijelaskan dalam Alquran juga yaitu shalat jenazah. Allah berfirman dalam surah at-Taubah: 84.  

“Dan janganlah engkau (Muhammad) melaksanakan salat untuk seseorang yang mati di antara mereka (orang-orang munafik), selama-lamanya dan janganlah engkau berdiri (mendoakan) di atas kuburnya. Sesungguhnya mereka ingkar kepada Allah dan Rasul-Nya dan mereka mati dalam keadaan fasik.”

3. Shalat sebagai pemberi berkah dan rahmat 

Allah berfirman dalam ayatnya, “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman! Bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya.” (QS al-Ahzab: 56) 

Namun, apa maksud dari Allah SWT bershalawat untuk Nabi? Ternyata, makna shalawat di sini ialah rahmat dan kasih sayang. Meski dalam bahasa Indonesia shalat dan shalawat memiliki makna yang berbeda, tetapi dalam bahasa Arab mereka berdua memiliki arti yang sama. Bedanya shalat adalah bentuk tunggal, sementara shalawat bentuk mashdarnya.  

4. Shalat untuk meminta ampun

Makna shalat akan berubah jika yang mengerjakannya adalah malaikat dan ditujukan kepada Nabi Muhammad SAW, maka maknanya berubah menjadi memintakan ampunan. Tidak boleh diterjemahkan bahwa para malaikat melakukan shalat kepada Nabi Muhammad SAW.  

5. Membaca shalawat

Shalat kita kepada Nabi Muhammad SAW adalah membaca lafal shalawat yang kita kenal dalam Bahasa Indonesia, yaitu membaca Allahumma Sholli’alaa sayyidina Muhammad. Seperti hadis  yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim. 

“Ya Rasulullah, kami sudah tahu bagaimana menyampaikan salam kepada Anda. Tapi bagaimana cara kami shalat kepada Anda? Beliau SAW menjawab,”Lafadzkan : Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa ‘ala ali Muhammad.  

6. Shalat untuk mendoakan 

Tak hanya makna di atas, ternyata shalat juga terkadang dimaknai sebagai mendoakan, sebagaimana yang termuat di dalam ayat berikut: 

“Ambillah zakat dari harta mereka, guna membersihkan dan menyucikan mereka, dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doamu itu (menumbuhkan) ketenteraman jiwa bagi mereka. Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui.” (QS  At Taubah: 103) 

7. Shalat berarti membaca Alquran  

Kata shalat juga bisa bermakna membaca Alquran atau melafadzkan bait-bait doa, sebagaimana yang difirmankan Allah dalam ayat-Nya di Surah al-Isra’: 110. “… Janganlah kamu menjaharkan dengan shalatmu…”

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement