REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Sebanyak 54 titik di Kota Bandung langganan banjir jika hujan deras berlangsung. Selain karena alih fungsi lahan di wilayah hulu yang menyebabkan debit air lebih banyak turun dan tidak terserap, banjir terjadi karena kapasitas infrastruktur (drainase) yang relatif terbatas.
"Titik banjir saat ini tidak bertambah, ada 54 titik. Pemicunya banyak hal. Perubahan fungsi lahan, kapasitas infrastruktur terbatas, perilaku (warga) yang belum berubah (membuang sampah ke sungai), dan kesulitan mengalirkan air ke wilayah lain seperti Kabupaten Bandung (banjir Adipura)," ujar Kabid Pemeliharaan dan Pengendalian DPU Kota Bandung Dinas Pekerjaan Umum (PU), Yul Zulkarnaen, Kamis (30/1).
Menurutnya, 54 titik banjir tersebut tersebar di beberapa wilayah. Di antaranya di jalan Pasteur, jalan Pasirkoja, Jalan perempatan Gedebage, jalan Kopo Citarip, di depan pasar Leuwipanjang serta yang lainnya.
Yul mengatakan banjir yang sering terjadi di 54 titik tersebut dikategorikan sedang dengan ketinggian mencapai 50 sentimeter. Banjir akan surut dalam dua hingga tiga jam apabila aliran di drainase normal. Sedangkan jika hujan lebat dan drainase penuh maka bisa lebih lama surut.
"Itu satu kasus di Adipura banjir sampai dua hari. Faktornya ternyata di arah Kabupaten Bandung meluap sungai Citarum sehingga air mengantre," ungkapnya.
Ia mengatakan upaya yang dilakukan jangka pendek mengatasi banjir yaitu menurunkan unit reaksi cepat (URC) melakukan pengerukan sedimentasi dan sampah serta normalisasi sungai. Kemudian menerjunkan mobil pompa air untuk menarik air saat banjir tengah berlangsung.
"Jangka panjang di setiap daerah di hilir dibangun resapan. Buat kolam retensi (jalan Bima) untuk mengatasi banjir Pastuer dan timur bangun kolam retensi di Sarimas (Arcamanik)," katanya. Selain itu banjir diatasi dengan membuat 500 sumur resapan.
Pada 2020 dianggarkan di APBD untuk membuat kolam retensi yang berada di depan Pasar Gedebage dengan nilai anggaran mencapai Rp 8 miliar lebih. Saat ini menurutnya tahapan sudah memasuki lelang.
Sedangkan di jalan Bima kolam retensi yang dibangun kolaborasi dengan pihak swasta memanfaatkan lahan yang ada. "Luas kolam retensi di jalan Bima tiga ribu meter persegi dan di Gedebage 1.800 meter persegi. Kalau kolam retensi yang sudah dibangun ada dua dan yang kolaborasi sama masyarakat juga dua," katanya.
Kabid Penanggulangan Bencana, Dinas Pemadam dan Penanggulangan Bencana (Diskar PB), Sihar Pandapotan, mengatakan pihaknya fokus menanggulangi bencana banjir yang sering terjadi di jalan Pagarsih, jalan Pasteur, jalan Cicaheum (AH Nasution), dan perempatan Gedebage.
"Saya melihat kalau Tegalluar dan Sa0an naik duluan (banjir) di sini kerja keras (Bandung). Curug Jompong diresmikan semoga aliran air Citarum lancar sehingga kabupaten lancar dan Bandung mengalirkan air lancar," katanya.