REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Republika dan sejumlah awak media, pada hari ini diberi kesempatan untuk mengecek pesawat yang akan digunakan untuk mengevakuasi Warga Negara Indonesia (WNI) yang berada di Wuhan. Setelah meliput rapat pimpinan (rapim) TNI AU 2020, Kasubdispenum AU Muhamad Yuris mengabadikan kartu identitas dan kartu pers kami. Setelah itu kami pun dipersilakan untuk masuk ke kawasan landasan udara Wing Udara 1, Bandara Halim Perdana Kusuma, Jakarta.
Sesampainya di sana, Republika diminta menjadi perwakilan dari media untuk meminta izin pengambilan gambar. Setelah menjelaskan maksud kedatangan kami, awak media pun akhirnya dipersilakan.
"Tapi mohon maaf tidak bisa masuk ke dalam (pesawat) karena sedang maintenance," kata salah seorang pria berbadan tegap yang tidak menyebutkan nama.
Tidak jauh dari tempat kami berdiri, sebuah kapal berjenis Boeing 737 bertuliskan A-7307 di ekor pesawat berdiri kokoh di dalam hanggar Skadron Udara 17, Landasan Udara Halim Perdana Kusuma. Sejumlah pria berkaus loreng hijau kombinasi coklat terlihat tengah sibuk mengecek bagian bawah kapal.
Di luar hanggar, juga terdapat beberapa pesawat berjenis sama dengan nomor yang berbeda. Ada yang bertuliskan A-7308, A-7305. Terdengar bunyi mesin salah satu dari dua pesawat yang tengah berjajar rapi di landasan udara tersebut.
Ditemui sebelumnya, Kepala Dinas Penerangan Angkatan Udara (Kadispenau) Fajar Adriyanto mengungkapkan, bahwa TNI AU bakal menyiapkan tiga pesawat untuk mengevakuasi WNI di Wuhan. Tiga pesawat tersebut antara lain dua pesawat Boeing 737 dan satu pesawat C130 Hercules.
"Kami menunggu perintah dari Mabes TNI atau dari Panglima TNI karena Mabes TNI akan berkoordinasi terus dengan Kemenlu," jelas Fajar, Kamis (30/1).
Fajar mengatakan ketiga pesawat tersebut mampu menampung sebanyak 300 orang sekali jalan. Ia juga menegaskan bahwa TNI AU siaga 24 jam.
"TNI AU yang jelas siap 24 jam kapan diperintahkan untuk berangkat kita akan berangkat," ungkapnya.
Ia menambahkan penambahan jumlah pesawat sangat dimungkinkan. Namun tergantung dari koordinasi antara Kemenlu dengan sejumlah stake holder terkait.
"Kami rasa 240 orang yang akan dievakuasi cukup dengan tiga pesawat, ini bisa mengangkut 300 personel," ucapnya.
Berbicara terpisah, Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto menyatakan, TNI telah menyiapkan sejumlah sarana pendukung untuk evakuasi warga negara Indonesia (WNI) yang berada di Wuhan, China. Beberapa sarana yang disiapkan di antaranya pesawat terbang, tenaga medis, hingga baju tahan virus.
Hadi menyatakan, telah memberi instruksi pada Kepala Pusat Kesehatan TNI bersama Dinas Kesehatan TNI untuk menyiapkan segala peralatan yang mungkin dibutuhkan dalam proses evakuasi dari daerah asal Virus Corona itu.
"Termasuk baju astronot yang putih-putih itu, termasuk juga ruang isolasi itu saya juga minta, termasuk juga alat untuk memonitor panas tubuh manusia. Itu sudah saya siapkan semua," ujar Hadi di Kompleks Parlemen RI, Senayan, Jakarta (30/1).
Dukungan untuk evakuasi itu, kata Hadi, termasuk di antaranya adalah pesawat milik TNI yang bisa digunakan untuk mengangkut WNI dari Wuhan. TNI menunggu koordinasi dengan Kementerian Luar Negeri kapan evakuasi diberangkatkan
"Tinggal kita koordinasi dengan Menlu kapan kita diberangkatkan. Seandainya pun mencarter pesawat sipil itu juga, itu adalah sudah menjadi pertimbangan dari ibu Menlu (Retno Marsudi)," ujar Hadi menegaskan.
Pesawat jenis Boeing 737 yang akan dipakai untuk mengevakuasi WNI di Wuhan, Cina disiagakan di Skadron Udara 17, Bandara Lanud Halim Perdana Kusuma, Jakarta, Kamis (30/1).
Kemenlu sendiri mengaku masih mematangkan rencana evakuasi atau contingency plan bagi Warga Negara Indonesia (WNI) yang berada di Wuhan, China terkait wabah Virus Corona. Pematangan itu dilakukan Kemenlu dengan berkoordinasi dengan kementerian terkait lainnya.
"Siang ini di Kemenlu ada rapat lintas Kementerian untuk mematangkan evakuasi dengan contingency plan, bukan hanya di Wuhan, Hubei tapi juga di luar provinsi juga," kata Direktur Jenderal Asia Pasifik dan Afrika (Aspasaf) Desra Percaya saat ditanya Komisi I DPR RI tentang upaya pemulangan WNI dari Wuhan, Kamis (30/1).
Desra mengatakan, saat pertama kali terjadi outbreak virus Corona di Cina, Menlu Retno Marsudi langsung melakukan koordinasi. Sedari awal, ujar Desra, rencana evakuasi WNI telah muncul. Namun, diakui Desra, kendala teknis tetap muncul.
"Opsi evakuasi sudah kita perhitungkan, kita segera buat contingency plan. Memang kendala teknisnya ada," ujarnya.
Kendala teknis yang disampaikan Desra di antaranya adalah lantaran Wuhan mengalami isolasi atau lock down. Ia menyatakan, transportasi masih sulit untuk mencapai kota yang terletak di Provinsi Hubei tersebut.
Kendati demikian, lanjut Desra, pemerintah telah menyiapkan langkah untuk mengatasi permasalahan tersebut. Dalam hal teknis misalnya, Kedutaan Besar RI di China bekerja sama dengan Persatuan Pelajar Indonesia Tiongkok, misalnya dalam penyediaan transportasi darat untuk mengevakuasi WNI di Wuhan.
Desra menambahkan, sejauh ini, KBRI terus berkoordinasi dengan Pemerintah China, khususnya Hubei dan Wuhan untuk memantau perkembangan terkait penyebaran virus Corona di Negeri Tirai Bambu.
Berdasarkan data Kemlu, seperti diungkapkan Menlu Retno Marsudi pada Selasa (28/1), terdapat 100 WNI di Wuhan, yang terdiri dari 84 mahasiswa dan 16 tamu mahasiswa dari tempat lain. Sementara di Provinsi Hubei, secara keseluruhan ada 243 WNI.
Menangkal Infeksi Virus Corona