Jumat 31 Jan 2020 07:57 WIB

Petambak Lampung Selatan Terpaksa Panen Udang Lebih Cepat

Udang mengalami penyakit akibat kondisi cuaca ekstrem yang disebut berak putih.

Rep: Mursalin Yasland/ Red: Andi Nur Aminah
Warga mengumpulkan udang hasil budidaya (ilustrasi)
Foto: Antara/Dedhez Anggara
Warga mengumpulkan udang hasil budidaya (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG -- Penyakit yang menyerang budi daya udang vanname, membuat petambak udang di pesisir Kabupaten Lampung Selatan, Lampung memanen udangnya lebih cepat. Petambak khawatir merugi setelah budi daya dilakukan tiga hingga empat bulan sebelumnya.

 

Baca Juga

Keterangan yang diperoleh Republika.co.id, Jumat (31/1), penyakit yang diderita udang di tambak-tambak kawasan pesisir lintas pantai timur, Kecamatan Ketapang dan Sragi, Kabupaten Lampung Selatan di antaranya berak putih. Untuk menghindari kerugian besar, petambak paksa panen udang lebih dini.

 

“Kami khawatir rugi saja, kalau menunggu masa panen sebenarnya. Soalnya, udang-udang sudah terserang penyakit berak putih,” kata Suripto, petambak udang di Ketapang, Lampung Selatan.

 

Menurut dia, petambak udang telah mengetahui penyakit tersebut sejak beberapa pekan lalu. Namun, penyakit tersebut tidak membuat pulih udang-udang yang ada, sehingga kondisi udang semakin parah, dan khawatir petambak merugi.

 

Penyebab penyakit seperti itu, ia mengatakan karena kondisi cuaca lagi ekstrem. Akibatnya, siklus udang terganggu, dan banyak udang yang tidak mampu menahan serangan penyakit tersebut.

 

Supardi, petambak di Ketapang juga mengaku, hasil panen udangnya mengalami kemerosotan karena waktu panen lebih cepat dari biasanya. Menurut dia, jumlah panen udangnya sejak terserang penyakit di bawah satu ton. Sedangkan panen secara normal lebih dari satu ton. “Kalau kondisi normal bisa 1,5 ton,” ujarnya.

 

Ia mengatakan, bila kondisi ini menunggu masa panen secara normal, maka diprediksi akan gagal panen total. Artinya, petambak tidak menghasilkan selama berbudi daya tahun lalu. Petambak mengambil inisiatif melakukan panen dini meski ukurang udang belum sesuai dengan kondisi sebenarnya.

 

Menurut dia, panen dini yang dilakukan petambak di pesisir pantai timur Kabupaten Lampung Selatan untuk mengantisipasi kerugian yang besar. Sedangkan rugi, kata dia, petambak tetap rug, namun hanya bisa mengembalikan modal awal saja.

 

Kondisi udang yang dipanen lebih awal dari masa panen, memengaruhi harga udang di pasaran. Harga juga ikut berpengaruh karena kondisi fisik udang merosot ukurannya dari yang biasa atau normal.

 

Menurut dia, ukuran udang 100 dihargai hanya Rp 51 ribu dari harga normal Rp 53 ribu per kilogramnya. Panen udang awal tahun 2020 ini terjadi penurunan mencapai 30 persen, petambak tidak menghasilkan untung berbudi daya udang. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement