Jumat 31 Jan 2020 09:16 WIB

Virus Corona Guncang Ekonomi China Melebihi SARS

Wabah SARS memicu penurunan 2 poin persentase dalam PDB China pada 2003.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Friska Yolanda
Ilustrasi Penyebaran Virus Corona
Foto: MgIT03
Ilustrasi Penyebaran Virus Corona

REPUBLIKA.CO.ID, HONG KONG -- Ekonom mulai menurunkan penilaian pertumbuhan untuk China pada Kamis (30/1) di tengah penyebaran wabah virus corona yang cepat. Situasi ini dinilai dapat memberikan pukulan terhadap ekonomi China.

Menurut analis perusahaan jasa investasi Hongkong, Nomura Holdings, situasi sekarang ini diperkirakan belum yang terburuk. Jika dibandingkan dengan SARS (sindrom pernafasan akut), analis memperkirakan virus ini akan lebih memukul ekonomi China, dilansir di Market Watch.

"Berdasarkan penelitian kami tentang karakteristik virus corona dan tanggapan pemerintah China sejauh ini, kami menganggap corona dapat memberikan pukulan yang lebih parah terhadap ekonomi China dalam waktu dekat dibandingkan dengan SARS pada tahun 2003," kata analis Nomura, Ting Lu, dalam sebuah catatan kepada klien.

Jumlah korban tewas di China dari virus mencapai 170 dan jumlah yang terinfeksi naik lebih dari 7.700.  Pasar ekuitas global jatuh pada Kamis (30/1) karena investor menunggu hasil pertemuan darurat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), di mana para pejabat akan menentukan apakah keadaan darurat internasional perlu dinyatakan atas virus.

Ting Lu mencatat wabah SARS memicu penurunan 2 poin persentase dalam produk domestik bruto China dari kuartal pertama hingga kuartal kedua tahun 2003.

"Berdasarkan asumsi kami, pertumbuhan PDB riil pada kuartal pertama 2020 secara material dapat turun dari laju 6,0 persen yang dicapai pada kuartal keempat 2019, pada skala yang mungkin lebih besar 2 percentage point (empat kali lipat) dari yang terdaftar selama wabah SARS pada tahun 2003," jelasnya.

Nomura Lu mengatakan dia berharap Beijing akan memperkenalkan beberapa langkah untuk menyediakan likuiditas dan dukungan bagi perekonomian, terutama para pemilik bisnis yang berjuang di tengah wabah.  Dia memperingatkan bahwa virus itu masih dalam tahap awal pengembangan, menyoroti komentar baru-baru ini dari wali kota Wuhan, yang mengatakan lima juta orang meninggalkan kota sebelum perbatasannya ditutup.

"Arus lalu lintas kemungkinan akan meningkat lagi dalam beberapa pekan mendatang ketika orang-orang kembali bekerja setelah liburan Tahun Baru Imlek berakhir," katanya. 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement