Jumat 31 Jan 2020 15:08 WIB

Pembersihan Material Banjir Bondowoso Terkendala Alat

Kebutuhan mendesak berupa alat pembersih sisa material banjir seperti sekop cangkul.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Yudha Manggala P Putra
Banjir bandang Bondowoso
Foto: Istimewa
Banjir bandang Bondowoso

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Agus Wibowo mengungkapkan, minimnya alat menjadi kendala dalam upaya membersihkan material sisa banjir bandang di Kabupaten Bondowoso. Selain tentunya endapan lumpur yang sangat tebal. Maka dari itu, salah satu kebutuhan mendesak adalah alat-alat untuk membersihkan sisa material banjir bandang tersebut.

"Kendalanya karena material banjir bandang yang bercampur lumpur dan endapan lumpur yang cukup tebal. Selain itu, kurangnya alat untuk membersihkan sisa material lumpur. Kebutuhan mendesaknya adalah alat pembersih sisa material banjir bandang seperti gerobak sorong, sekop, cangkul," ujar Agus melalui siaran persnya, Jumat (31/1).

Agus melanjutkan, kebutuhan lain yang mendesak adalah peralatan mandi, pakaian layak pakai, serta kebutuhan bayi dan ibu menyusui. Agus menambahkan, upaya yang telah dilakukan tim di lapangan adalah aktivasi Pos Komando penanganan darurat. BPBD setempat juga diakuinya telah melakukan kaji cepat dampak bencana banjir bandang tersebut.

Seperti diketahui, banjir bandang melanda dua desa di Kecamatan Ijen, Kabupaten Bondowoso pada Rabu (29/1). Agus mengungkapkan, dua desa yang terdampak akibat banjir bandang tersebut yakni Desa Sempol dan Desa Kalisat. Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut. Hanya mengakibatkan empat orang warga terluka.

"Korban luka-luka ada 4 orang, yang tiga sudah kembali dan satu msh dalam perawatan. Kerusakan rumah masih dalam pendataan, kerusakan insfrastruktur juga masih dalam pendataan," ujar Agus.

Banjir bandang yang melanda dua desa di Kabupaten Bondowoso tersebut, disebut-sebut karena kebakaran hutan yang terjadi di Gunung Raung. Dimana kawasan hutan tersebut saat musim kemarau beberapa kali dilanda kebakaran hutan. Sehingga saat hujan deras, menimbulkan banjir bandang.

"Di sini kan katanya tidak ujan, tapi hujannya di gunung. Lalu terjadi banjir bandang yang kemudian membawa material-material (bekas kebakaran hutan). Jadi ini harus kita lakukan kajian secara komprehensif," ujar Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa.

Maka dari itu, Khofifah mengaku telah menyiapkan skema untuk menanami kembali area yang gundul akibat kebakaran hutan tersebut. Khofifah mengakatan, skema yang disiapkan adalah dengan cara menyemai biji-bijian pepohonan dari udara ke lokasi bekas kebakaran huta. Sehingga diharapkan wilayah tersebut akan kembali rimbun.

"Saya bersama kepala BPBD sudah menyiapkan format, kita ingin menyebarkan biji-bijian dari udara. Jadi titik-tutik yang kemarin mengalami kebakaran, kita harapkan tumbuh pepohonan terutama di musim hujan seperti sekarang," ujar Khofifah.

Khofifah menyatakan, cara tersebut telah dilakukan negara-negara lain seperti Amerika Serikat dan Thailand. Khofifah menyatakan, dalam menjalankan skema yang disiapkan tersebut, butuh kontribusi masyarakat. Seperti mereka yang hobi mendaki gunung, menurutnya bisa menuebar biji-bijian tersebut sambil menjalankan hobinya.

"Anak-anak SD bisa kita libatkan minta kumpulkan biji-bijian. Kemudian masing-masih kita juga menyemai di atas (lokasi bekas kebakaran hutan). Juga para pendaki gunung misalnya, bisa juga terlibat," kata Khofifah.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement