Jumat 31 Jan 2020 16:49 WIB

Edhy: Pemerintah tidak akan Biarkan Petambak Garam Sengsara

Untuk membantu petani garam, pemerintah mengoperasikan lima gudang garam nasional.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Nidia Zuraya
Petambak asal Desa Ciparagejaya, Kecamatan Tempuran, Karawang, sedang memanen garam (foto ilustrasi).
Foto: Dok Koperasi Garam Segarajaya
Petambak asal Desa Ciparagejaya, Kecamatan Tempuran, Karawang, sedang memanen garam (foto ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo meresmikan Gudang Garam Nasional (GGN) di Kabupaten Pati, Jawa Tegah, Kamis (301/1). Peresmian ini mewakili lima GGN lainnya yang tersebar di berbagai daerah, yakni Demak, Jepara, Indramayu, Pamekasan dan Aceh Utara dengan nilai pembangunan masing-masing Rp 2,5 miliar.

Edhy mengatakan enam GGN masing-masing berkapasitas 2 ribu ton sehingga memiliki daya tampung hingga 12 ribu ton. Kata Edhy, pembangunan GGN bertujuan memudahkan petani garam dalam menyimpan hasil panen sehingga kualitas garam yang diproduksi tetap terjaga.

Baca Juga

"Untuk para petambak garam di lapangan, ini sudah ada akses pergudangan, diharapkan bisa menampung garam saat musim panen, sehingga kualitasnya terjaga," ujar Edhy dalam keterangan tertulis yang diterima Republika, Jumat (31/1).

Edhy menyampaikan total gudang yang sudah dibangun di Jawa Tengah sebanyak sembilan unit, tiga lainnya berada di Brebes dengan rincian dua berkapasitas 2 ribu ton dan sisanya 1.000 ton. Satu lainnya ada di Rembang dengan kapasitas penyimpanan 1.000 ton.

Dalam peresmian GGN di Pati, Edhy juga membuka dialog dengan petani garam, pelaku industri perikanan, dan nelayan. Banyak dari mereka yang mengeluhkan harga garam yang saat ini berada di level Rp 250 per kilogram dari yang sebelumnya bisa mencapai ribuan per kilogramnya. Mereka beranggapan jatuhnya harga garam karena ramainya impor.

Edhy mengaku sudah berkoordinasi dengan Menko Perekonomian, Menteri Perindustrian dan Menteri Perdagangan, untuk memecahkan persoalan tersebut. Dia juga sangat ingin garam dalam negeri semuanya terserap dan harganya kembali stabil sehingga tidak ada petani yang merugi.

Menurutnya, koordinasi juga dilakukan dengan Kementerian PUPR untuk pembangunan infrastuktur jalan menuju lokasi tambak. Karena salah satu penyebab tingginya ongkos produksi garam yang ia terima, adalah tingginya biaya angkut garam dari tambak menuju lokasi penyimpanan.

"Semua kita lakukan secara koordinasi. Tapi yang perlu digarisbawahi, pemerintah tidak akan membiarkan petambak garamnya sengsara," kata Edhy.

Edhy menyebut Kabupaten Pati merupakan daerah dengan produktivitas garam tertinggi kedua di Indonesia setelah Madura. Kata Edhy, Pati mampu menghasilkan 350 ribu ton garam pada tahun lalu. Sementara untuk produksi garam secara nasional mencapai 2,85 juta ton.

Edhy menilai tingginya angka produksi tak lepas dari program Pengembangan Usaha Garam Rakyat (PUGaR) yang menerapkan berbagai inovasi teknologi produksi, seperti geomembran dan integrasi lahan.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement