Jumat 31 Jan 2020 17:02 WIB

Anak Usaha BUMN Akui Sempat Terganggu Defisit BPJS Kesehatan

Defisit BPJS Kesehatan cukup menghambat bisnis distribusi alat kesehatan.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Nidia Zuraya
BPJS Kesehatan.
Foto: Republika/Yasin Habibi
BPJS Kesehatan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masalah defisit BPJS Kesehatan yang membengkak pada tahun 2019 lalu diakui cukup menghambat operasional bisnis distribusi alat kesehatan. Hal itu dirasakan langsung oleh salah satu anak usaha Badan Usaha Milik Negara (BUMN), PT Rajawali Nusindo.

Rajawali Nusindo merupakan anak BUMN PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) dan bergerak di sektor perdagangan dan distribusi.

Baca Juga

Direktur Utama Rajawali Nusindo, Sutiyono, mengakui bahwa tahun 2019 menjadi tantangan yang cukup berat bagi keuangan perusahaan. Sebab, pendapatan dari distribusi dan penjualan alat kesehatan dari rumah sakit harus terhambat akibat tunggakan pembayaran klaim dari BPJS Kesehatan.

"Tahun lalu penuh tantangan. Kami merasakan pembayaran rumah sakit yang terlambat karena dari BPJS Kesehatan terhambat. Piutang kami jadi tinggi. Kalau tidak ada modal kerja, mungkin kita bisa berhenti," kata Sutiyono saat ditemui di Gedung RNI Group, Jakarta, Jumat (31/1).

Kendati demikian, Sutiyono mengatakan disaat menghadapi kesulitan keuangan, ada peluang-peluang bisnis baru yang didapatkan perusahaan. Alhasil, perusahaan setidaknya masih bisa membukukan laba bersih di tengah beratnya tantangan.

Tahun 2019 lalu, Rajawali Nusindo membukukan laba sebesar Rp 93 miliar, yang diperoleh dari total pendapatan usaha sebesar Rp 4 triliun. Bisnis alat kesehatan disebutnya berkontribusi sekitar 27 persen terhadap total bisnis yang dijalankan oleh perusahaan.

Sutiyono menuturkan, beruntung pada akhir tahun pemerintah melakukan pembayaran BPJS Kesehatan dari alokasi APBN 2019. Hal itu cukup meringankan beban rumah sakit yang melayani pasien BPJS Kesehatan dan berdampak pada perbaikan kinerja keuangan Rajawali Nusindo sebagai distributor alat kesehatan.

Pada tahun 2020 ini, ia memprediksi iklim usaha alat kesehatan akan mengalami perbaikan seiring langkah-langkah yang disiapkan pemerintah untuk menyehatkan BPJS Kesehatan. Kebijakan pemerintah yang menaikkan tarif iuran juga diyakini memperbaiki neraca keuangan rumah sakit dan berbagai perusahaan yang terlibat di dalamnya.

"Harapan kita tahun ini akan membaik. Asalkan diikuti dengan kemampuan masyarakat dan dukungan masyarakat terhadap kenaikan iuran itu," katanya.

Ia meyakini, bisnis distribusi alat kesehatan akan terus meningkat di tahun ini  seiring meningkatnya kesadaran akan kesehatan dan penularan penyakit di tengah masyarakat. Pada awal tahun ini pihaknya juga melakukan ekspor perdana masker ke Cina untuk masyarakat di sana yang telah berada dalam ancaman penularan virus corona.

Tahun ini, perusahaan kenaikan laba menjadi sebesar Rp113 miliar. Bisnis lain yang dijalankan Rajawali Nusindo yakni distribusi obat-obatan di dalam dan luar negeri.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement