REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Virus Corona selain berdampak terhadap kesehatan juga berdampak terhadap ekonomi. Menurut para analis, wabah ini dapat mengurangi permintaan minyak China lebih dari 250.000 barel per hari (bph) pada kuartal pertama.
"Tampaknya hampir pasti bahwa virus corona akan mengekang pertumbuhan ekonomi China dan permintaan komoditas kuartal ini," kata analis Capital Economics dalam sebuah catatan.
Gangguan dalam rantai pasokan dan pembatasan perjalanan mendorong para ekonom untuk mengekang ekspektasi pertumbuhan China, ekonomi terbesar kedua di dunia. Goldman Sachs mengatakan wabah itu kemungkinan akan mengurangi 0,4 poin persentase dari pertumbuhan ekonomi China pada 2020 dan juga dapat menyeret ekonomi AS lebih rendah.
"Jika virus corona memiliki efek yang sebanding dengan SARS, itu dapat mengurangi permintaan minyak China sekitar 400.000 barel per hari," ucap dia.
Banyak perusahaan di China berencana untuk kembali bekerja pada Jumat (31/1)setelah perayaan liburan Tahun Baru Imlek selama seminggu. Namun, pihak berwenang memerintahkan bisnis di banyak wilayah untuk tutup lebih lama guna menahan penyakit ini.
Pertumbuhan aktivitas pabrik China tersendat pada Januari. Indeks Pembelian Manajer (PMI) turun menjadi 50,0 dari 50,2 pada Desember, kata Biro Statistik Nasional (NBS) China. Tanda 50 poin memisahkan pertumbuhan dari kontraksi.
Sebuah jajak pendapat Reuters pada Jumat (31/1) menunjukkan harga minyak tahun ini akan tetap didukung di dekat level saat ini karena risiko politik dan pembatasan produksi yang dipimpin OPEC mengimbangi meningkatnya pasokan.
Jajak pendapat 50 ekonom dan analis dilakukan terutama sebelum wabah virus corona. Produksi minyak OPEC anjlok pada Januari ke level terendah multi-tahun karena eksportir utama Arab Saudi dan anggota Teluk lainnya kelebihan pengiriman berdasarkan perjanjian pembatasan produksi baru dan pasokan Libya turun karena blokade pelabuhan dan ladang minyak.
Namun, pasokan global tetap berlimpah. Produksi minyak mentah AS naik 203.000 barel per hari ke rekor 12,9 juta barel per hari pada November, Badan Informasi Energi AS (EIA) mengatakan dalam laporan bulanan.