Sabtu 01 Feb 2020 09:49 WIB

Harlah NU Ke-94: NU Bersama Rakyat Kecil

NU diharapkan mempersempit ketimpangan ekonomi.

Wakil Presiden Maruf Amin saat pidato di acara Launching KOIN Muktamar dalam Momentum Hari Lahir ke-94 Nahdlatul Ulama di halaman Gedung PBNU, Jakarta, Jumat (31/1).
Foto: KIP/Setwapres
Wakil Presiden Maruf Amin saat pidato di acara Launching KOIN Muktamar dalam Momentum Hari Lahir ke-94 Nahdlatul Ulama di halaman Gedung PBNU, Jakarta, Jumat (31/1).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --- Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, KH Said Aqil Siradj, berharap peringatan hari lahir (harlah) ke-94 NU menjadi momentum bagi ormas Islam terbesar di Indonesia itu untuk berkontribusi dalam mewujudkan kemandirian ekonomi umat. Menurut Kiai Said, NU akan selalu berada bersama dan memperjuangkan nasib rakyat kecil.

"Kalau kita lihat rakyat kecil masih hidup sengsara, lihat di daerah masih menyedihkan, rumahnya reyot, kerjaannyaenggak jelas, makannya dari mana, anaknya telanjang, perutnya busung. NU selalu bersama rakyat kecil, memikirkan nasib mereka yang belum baik," kata KH Said di gedung PBNU di Jakarta pada Jumat (31/1). Pada momentum Harlah ke-94 NU, Kiai Said berharap, NU ke depannya bisa memberikan kontribusi lebih dalam mendorong kemandirian ekonomi umat.

Baca Juga

Menurut dia, setiap masyarakat dapat turut andil bersedekah pada gerakan koin untuk membantu warga yang masih berada di bawah garis kemiskinan. "Ya, antara lain, upayanya ya ini, dari gerakan koin. Konsolidasi, merasa terpanggil jadi warga NU untuk menyumbangkan walaupun Rp 2.000, nanti kumpul jadi banyak," ujarnya.

Di sela-sela sambutannya pada peletakan batu pertama gedung baru PBNU di Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat, Kiai Said juga menjelaskan bahwa saat ini bunyi sila kelima dalam Pancasila, yakni keadilan sosial, masih belum terealisasikan. Ia mencontohkan, di Indonesia terdapat empat orang kaya dengan nilai kekayaan yang setara dengan gabungan kekayaan 100 juta rakyat Indonesia.

"Ada perusahaan yang mengelola 5 juta hektare tambang, perkebunan. Tapi, orang-orang, seperti Solikin, Jumadi, Mad Rais, satu jengkal saja tak punya. Penghasilan sehari-hari cukup buat sehari itu, kalau tidak ada, ya puasa. Itu masih terjadi,\" kata Kiai Said menegaskan.

Lebih dari pada itu, menurut dia, orang-orang miskin pun kesulitan ketika mencari pendanaan di perbankan. "Kalau orang miskin cari duit ke bank itu sampai gemetaran, setengah mati sulitnya minta ampun. Kalau konglomerat, banknya yang datang nawarin," ujar dia.

Wakil Menteri Agama Zainut Tauhid juga menyampaikan ucapan selamat atas harlah NU. "Semoga NU semakin memberikan manfaat untuk umat, memberikan nilai-nilai Islam yang rahmatan lil 'alamin, memberikan Islam yang moderat, Islam yang menyejukkan untuk membangun bangsa dan negara," kata Zainut di gedung PBNU, kemarin.

Selain itu, sesuai tema yang diangkat dalam Harlah ke-94 NU tentang kemandirian ekonomi, Zainut berharap ke depannya warga Nahdliyin bisa lebih sejahtera. Menurut dia, saat ini masih banyak warga Nahdliyin yang kondisi ekonominya lemah dan perlu diperhatikan.

"Ini bagian yang harus kita perhatikan sehingga umat NU yang besar ini tidak hanya menjadi umat yang besar, tapi juga besar kualitasnya yang dapat memberikan penguatan terhadap Indonesia ke depannya," kata Zainut.

photo
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Said Aqil Siraj.

Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI) Anwar Abbas menilai, sudah banyak yang diperbuat oleh NU, baik dalam bidang politik, sosial, maupun budaya. Hal yang masih kurang digumuli secara serius oleh NU dan ormas-ormas Islam di negeri ini, yaitu dalam bidang ekonomi dan bisnis.

"Sehingga, NU dan ormas-ormas Islam yang ada tampak benar-benar ketinggalan dalam bidang ini, terutama untuk ekonomi dan bisnis lapis atas. Coba saja bayangkan bagaimana lemahnya umat Islam dalam bidang ini," kata Buya Anwar dalam keterangan kepada Republika, kemarin.

Menurut Buya Anwar, dari 10 orang terkaya di Indonesia saat ini, hanya ada satu orang yang beragama Islam. Padahal, jumlah umat Islam di negeri ini hampir 90 persen. "Tetapi, mereka (golongan lain) punya wakil sembil orang dari 10 orang terkaya tersebut," ujarnya. Data ini, kata dia, jelas menunjukkan adanya ketidakadilan proporsional.

Oleh karena itu, Buya Anwar berharap NU bersama elemen umat Islam lainnya dapat memberikan perhatian lebih terhadap masalah ini. "Bukankah Imam Syafi'i pernah berkata ‘man jadda wajada’ artinya ‘siapa yang bersungguh-sungguh dalam mengerjakan suatu pekerjaan, maka dia akan mendapatkan serta menuai hasil dan buahnya’," kata dia.

Sebagai pengikut mazhab Imam Syafii, dalam momentum ulang tahunnya yang ke-94 ini NU diharapkan dapat melakukan lompatan besar dan baru. "Kalau yang pertama tahun 1945 resolusi jihad tersebut lebih berat muatan politiknya, pada 2020 kita menunggu Resolusi Jihad NU Jilid II dalam bidang ekonomi dan bisnis," ujar KH Anwar Abbas.

Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir mewakili keluarga besar Muhammadiyah juga menyampaikan selamat Harlah ke-94 NU. Haedar berharap, NU dengan semangat Islam Nusantara bisa mengembangkan moderasi, merawat kebinekaan, merekatkan ukhuwah, serta membangun kemajuan umat dan bangsa.

“Kami Muhammadiyah juga berharap bahwa jalinan kebersamaan antara NU dan Muhammadiyah yang telah berlangsung lama sebagaimana telah dicontohkan oleh Hadratussyaikh KH Hasyim Asy’ari dan KH Ahmad Dahlan terus dijalin semakin erat sehingga Muhammadiyah dan NU tetap menjadi pilar strategis umat dan bangsa,” tutur Haedar pada Jumat (31/1). n andrian saputra/ali yusuf, ed: fitriyan zamzami

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement