REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS -- Komisi Eropa akan segera menggelontorkan dana sebesar 10 juta euro atau sekitar Rp 152 miliar (dengan kurs Rp15.200 per euro) untuk meneliti virus corona. Beberapa negara Eropa diketahui sedang menghadapi kasus penyebaran virus tersebut.
"Kami sedang berupaya mengurangi konsekuensi dari penyebaran yang lebih luas dari wabah virus corona di Uni Eropa. Berkat dana penelitian darurat dari Horizon 2020 (program penelitian dan inovasi Uni Eropa), kami akan tahu lebih banyak tentang penyakit ini," kata Komisaris untuk Inovasi, Penelitian, Kebudayaan, Pendidikan dan Pemuda di Komisi Eropa Mariya Gabriel pada Jumat (31/1), dikutip laman resmi Komisi Eropa, seperti dilansir Reuters.
Dia mengungkapkan Eropa siap membantu para peneliti mengembangkan metode perawatan dan vaksin baru untuk virus korona. "Kita dapat melindungi publik lebih baik dan menangani lebih efektif dengan wabah saat ini serta di masa depan," ucapnya.
Komisaris untuk Kesehatan dan Keamanan Pangan di Komisi Eropa Stella Kyriakides mengatakan penelitian merupakan bagian penting dalam menghadapi penyebaran virus corona. "Kita perlu tahu lebih banyak tentang virus untuk menargetkan tindakan pencegahan dengan lebih baik dan guna memastikan perawatan yang lebih baik bagi warga negara kita. Inilah tepatnya tujuan dana penelitian darurat Horizon 2020 yang diumumkan hari ini," ujarnya.
Dana sebesar Rp 152 miliar itu diharapkan dapat mendukung dua hingga empat proyek penelitian. Komisi Eropa akan mengupaya berbagai cara agar penelitian dapat dimulai sesegera mungkin.
Beberapa negara Eropa seperti Inggris, Prancis, Jerman, Italia, termasuk Rusia telah menghadapi kasus virus corona. Pada Jumat lalu, otoritas kesehatan Inggris mendeteksi dua kasus virus tersebut. Pada hari yang sama Italia dan Rusia mengonfirmasi kasus virus corona perdana di negaranya masing-masing. Sementara Jerman dan Prancis telah menghadapi enam kasus virus corona.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menyatakan wabah virus corona sebagai darurat kesehatan internasional pada Kamis (30/1). Hal itu diumumkan setelah kasus virus tersebut menjangkau 18 negara.
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengungkapkan dalam beberapa pekan terakhir pihaknya telah menyaksikan wabah yang belum pernah terjadi sebelumnya. Ribuan warga China terinfeksi virus corona dalam kurun waktu cukup singkat.
"Deklarasi ini bukan mosi tidak percaya pada China. Kekhawatiran terbesar kami adalah potensi penyebaran virus ke negara-negara dengan sistem kesehatan yang lebih lemah," kata Ghebreyesus setelah memimpin rapat Komite Darurat WHO di Jenewa, Swiss.
Hingga Sabtu (1/2) pagi, jumlah korban meninggal akibat virus korona telah mencapai 259 orang. Warga China yang terinfeksi virus tersebut pun terus meningkat dan saat ini jumlahnya mencapai 11.821 orang.