REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Hasan Basri Tanjung
Sungguh, hidup ini soal perputaran waktu. Setiap hari ada yang lahir dan ada pula yang mati. Ada yang diberi umur pendek dan ada pula yang sampai lanjut usia.
Begitulah rahasia Ilahi yang tidak diketahui oleh manusia. Sejatinya, hidup dan mati hanyalah ujian dan kesempatan untuk beramal saleh, sebaik dan sebanyak mungkin sebelum ajal tiba (QS 67:2). Seperti kata syair Melayu, "hidup ini bagai lampu dinding, yang dinyalakan di malam hari, apabila minyak sudah kering, ia kan pasti padam sendiri."
Jika kematian sebuah kepastian, menua adalah kemungkinan. Dulu, kita masih kecil, lalu tumbuh menjadi remaja dan dewasa. Kemudian, menikah dan diberi keturunan hingga menjadi orang tua. Tidak sedikit orang tua yang bernasib malang karena ditelantarkan anaknya. Juga, ada yang sampai akhir hayat di panti jompo karena tak ada yang mengurusnya. Akankah keberuntungan menghampiri kita dan menghadap Ilahi dalam keadaan husnul khatimah?
Pekan lalu, saya memberikan tausiyah pada hari ulang tahun pernikahan ke-60 dari orang tua salah seorang pejabat tinggi negara. Kedua orang tua yang sepuh itu disandingkan layaknya pengantin baru. Kesyahduan semakin terasa ketika anak nan berjaya menyampaikan sambutan. "Bapak dan Ibu tercinta. Kami, anak dan cucumu mengucapkan terima kasih atas pengorbanan dalam membesarkan dan mendidik kami. Mohon maaf atas segala salah dan lengah kami dalam berbakti. Acara ini kami persembahkan sebagai tanda terima kasih, semoga Bapak dan Ibu bahagia."
Lalu, sang Bapak itu pun menyahut. "Anak-anak dan cucuku tersayang. Sungguh, kami berdua sangat berterima kasih dan bahagia atas pengabdian kalian selama ini. Mohon maaf jika telah merepotkan dalam mengurus kami. Semoga Allah SWT memberkahi hidup kalian dunia dan akhirat". Ia pun terdiam sejenak menahan tangis, hingga anak cucunya memeluk mereka.
Anak yang berbakti (birrul waldain) pun, akan memperoleh keberuntungan. Pertama, akan mendapat ridha Allah SWT sebab ridha orang tuanya. (HR at-Turmudzi). Kedua, akan diberi panjang umur dan lapang rezeki. (HR Ahmad). Ketiga, senantiasa mendapat kemudahan karena doa orang tuanya (HR Ahmad). Keempat, akan dibuka pintu surga yang tengah untuk dilaluinya. (HR Ibnu Majah). Kelima, akan dimuliakan Rasulullah SAW, seperti Uwais al-Qorni yang berbakti pada ibunya. (HR Muslim). Keenam, anak-anaknya kelak akan berbakti kepadanya. (HR ath-Thabrani).
Akhirnya, menjadi orang tua yang beruntung bukan hanya karena ikhtiar dalam mendidik anak, melainkan juga karunia Ilahi. Semasa hidup mendapat bakti dan setelah wafat menerima doa anak yang saleh. "Ya Allah, ampunilah dosaku dan dosa kedua orang tuaku, kasihilah mereka berdua seperti mereka mengasihi aku sewaktu kecil dahulu." (QS 17:24). Wallahu a'lam bish-shawab. ¦