REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Rencana pemerintah menjadikan wilayah Pulau Natuna sebagai tempat transit dan karantina warga negara Indonesia (WNI) dari Wuhan, lokasi penyebaran Coronavirus mendapat penolakan dari warga Natuna. Pada Jumat (31/1) malam puluhan warga Natuna mendatangi Kantor DPRD Kabupaten Natuna, meminta pejabat setempat menolak rencana katantina Coronavirus di Natuna.
Salah seorang warga Natuna, Yusmardi (40 tahun) bercerita kabar soal dijadikannya Pulau Natuna sebagai tempat transit dan karantina WNI yang dipulangkan dari Wuhan, baru didapat warga pada Jumat (31/1) malam. Itupun melalui pesan berantai dari media sosial. "Kami baru diberitahu Jumat malam, kalau Natuna mau dijadikan tempat karantina. Jelas kami menolak," kata Yusmardi melalui sambungan telpon.
Ia mengatakan warga Natuna semakin curiga ketika pada Jumat malam, beberapa pesawat militer mendarat di Bandara Ranai membawa puluhan petugas militer medis dan perlengkapan medis. Mendapat kabar lokasi Pulau Natuna sebagai pusat karantina Coronavirus, warga kemudian mendatangi kantor DPRD Natuna pada Jumat malam, meminta kejelasan.
Ia mengatakan Informasi yang didapat warga, WNI yang dipulangkan dari Wuhan, mereka menjalani 14 hari masa karantina di Pulau Natuna. Kalau bersih mereka bisa lanjut diterbangkan ke Jakarta, kalau positif mereka akan dirawat di Natuna. "Kami tidak mau giliran soal Coronavirus warga Natuna dikorbankan pemerintah," ujarnya.
Yusmardi mengatakan beberapa alasan warga Natuna menolak pulaunya sebagai tempat karantina karena lokasi Bandara hanya berjarak 2 kilometer. Sangat dekat dengan pemukiman penduduk. Walaupun diakui dia, ada opsi lain mereka akan menempati mess baru TNI di Setangar, yang berjarak lebih jauh dari pemukiman warga. Namun informasi warga, WNI akan dilakukan cek kesehatan di hangar bandara terlebih dahulu.
Yusmardi dan beberapa warga Natuna lain meminta kepada pemerintah pusat untuk mempertimbangkan kembali menjadikan Pulau Natuna sebagai lokasi karantina. Sebab menurut dia, selama ini akses dan fasilitas kesehatan warga Natuna sangat terbatas. Apalagi ketika Coronavirus masuk ke Natuna, setelah proses karantina selesai, tentu akan sangat sulit bagi warga mencari pengobatan.
"Tolonglah kepada pemerintah, kami warga Natuna jangan dikorbankan," imbuhnya.