REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Maraknya fenomena kerajaan yang muncul di Tanah Air beberapa waktu terakhir dikarenakan minimnya kesejahteraan sosial dari masyarakat itu sendiri.
"Saya kira maraknya fenomena munculnya kerajaan-kerajaan akhir-akhir ini merupakan salah satu respons masyarakat terhadap masih minimnya pemenuhan harapan masyarakat dari pemerintah," kata sosiolog dari Universitas Nasional (Unas) Nia Elvina, saat dihubungi di Jakarta, Sabtu (1/2).
Dia menambahkan ketika minimnya kesejahteraan sosial tadi, disaat bersamaan muncul ajakan dari kelompok tertentu yang mengaku bisa memberikan kehidupan sosial ekonomi jauh lebih baik.
Akibatnya, masyarakat yang merasa kesejahteraan sosial ekonominya tidak terpenuhi tadi langsung menerima tawaran itu dengan harapan adanya perbaikan kehidupan. "Ketika ada tawaran tentang harapan mengenai kehidupan sosial ekonomi yang lebih baik dari kerajaan ini, masyarakat akan segera mempercayai," lanjut dia.
Apalagi, sebagian besar masyarakat tadi merupakan kelompok atau kategori kelas menengah ke bawah yang notabene kehidupan ekonomi dan pendidikan mereka rendah.
Hal itu, lanjut dia, ditambah pula masyarakat tersebut masih belum masuk pada tataran masyarakat yang komunikatif atau dengan kata lain informasi hanya berjalan asimetris.
Apalagi, katanya, informasi tersebut hanya berjalan satu arah terutama kepada kelompok elite saja sehingga sering terjadi disinformasi di tengah masyarakat. "Yang paham ya para elite. Makanya sering terjadi disinformasi dalam masyarakat kita," ujarnya.
Melihat kondisi itu, Nia menyarankan agar pemerintah mengoreksi kebijakan yang menyangkut kesejahteraan sosial terutama program peningkatan ekonomi masyarakat kelas menengah ke bawah harus menjadi fokus.
Beberapa waktu terakhir, masyarakat di Tanah Air dihebohkan dengan munculnya sejumlah kerajaan yaitu Keraton Agung Sejagat, Sunda Empire dan terakhir King of The King atau Indonesia Mercusuar Dunia (IMD) di Tangerang.