Ahad 02 Feb 2020 00:02 WIB

7 Mahasiswa Asal Sumsel dari China Tiba di Palembang

Mereka menggunakan Maskapai Lion Air dari Jakarta pada Sabtu sekitar pukul 17.20 WIB

 Suasana pemulangan WNI di Bandara Internasional Tianhe, Wuhan, Provinsi Hubei China, Sabtu (1/2).
Foto: Dok KBRI Beijing
Suasana pemulangan WNI di Bandara Internasional Tianhe, Wuhan, Provinsi Hubei China, Sabtu (1/2).

REPUBLIKA.CO.ID, PALEMBANG -- Tujuh mahasiswa asal Sumatra Selatan dari China tiba di Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang. Mereka menggunakan Maskapai Lion Air dari Jakarta pada Sabtu sekitar pukul 17.20 WIB.

Setibanya di Bandara SMB II ketujuh mahasiswa itu turun paling terakhir kemudian melewati alat pemindai suhu tubuh. Kemudian petugas medis dari Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Bandara SMB II Palembang memeriksa mereka lebih dalam.

Baca Juga

Para petugas KKP Bandara SMB II Palembang mengecek kondisi tujuh mahasiswa itu menggunakan alat pemindai suhu digital, Petugas juga mewawancarainya terkait riwayat perjalanan mereka, masing-masing selama 15 menit.

"Perjalanan kami dari China cukup lancar sebenarnya, tapi memang selama kami di sana pengamanannya begitu ketat dengan banyaknya pemeriksaan di stasiun kereta maupun bandara," kata salah seorang mahasiswa, Adam Amrismafasyah, usai pengecekan di Bandara SMB II.

Selain Adam, enam mahasiswa Sumsel lainnya, yakni Fauzan Nurihsan Achmad, Muhammad Rijal Fauzi, Muhammad Naufal, Raden Ayu Fierdhalita, Annisa Sekar Ayu Nur Utami, dan Muhammad Wahyu Adji Pamungkas. Ketujuh mahasiswa tersebut menempuh pendidikan dengan beragam beasiswa di Kota XuZhou dan Zhangzhou yang menurut Adam cukup jauh dari Wuhan.

Namun mereka tetap pulang dengan biaya sendiri setelah diminta orang tua masing-masing. "Meskipun kondisinya kurang kondusif tapi bisa saja bagi kami untuk bertahan, tetapi dengan pemberitaan yang semakin mencemaskan jadinya orang tua kami meminta agar segera pulang," ujar Adam.

Selain akses transportasi yang banyak ditutup, menurutnya berbagai keperluan makanan untuk warga, khususnya mahasiswa Indonesia di tempatnya berkuliah, juga mulai menipis. Akibat lumpuhnya aktivitas, jika ada makanan, harganya relatif menjadi sangat mahal.

Adam dan rekannya belum mengetahui sampai kapan berada di Indonesia. Sebab pihak kampus telah meminta mereka tetap bertahan dan tidak kembali ke China sebelum ada pemberitahuan lebih lanjut.

"Kebetulan di sana sedang libur kuliah sampai 15 Februari, tetapi pihak kampus juga bilang bahwa kami bisa ambil cuti dulu kalau memang libur tidak diperpanjang," kata Adam, mahasiswa semester empat di Jingsau Normal Universityitu.

Setelah pemeriksaan, ketujuh mahasiswa tersebut disambut haru dengan pelukan dan tangisan keluarga masing-masing yang menunggu di pintu kedatangan. Ketujuhnya kemudian pulang ke Kota Palembang, OKI, Muara Enim, Prabumulih dan Tulung Selapan.

Sementara petugas KKP Bandara SMB II Palembang dr Fenty Wardhamengatakan ketujuh mahasiswa dinyatakan negatif terjangkit Novel Coronavirus. "Kami sudah cek suhu tubuh mereka, hasilnya tidak ada yang di atas 36 derajat Celcius, kami juga tanyakan mereka terkait riwayat perjalanan dan memang mereka datang dari China," katanya, usai pengecekan.

Setelah pemeriksaan di bandara, kata dia, tujuh mahasiswa tersebut masih akan dipantau selama 14 hari oleh pelayanan kesehataan yang didelegasikan di masing-masing daerah dengan dilengkapi 'kartu kewaspadaan'. "Kartu kewaspadaan berisi data ketujuh mahasiswa itu. Jika selama 14 hari ke depan mereka demam atau ada gejala batuk, maka puskesmas maupun rumah sakit segera tahu bahwa mereka punya riwayat perjalanan dari China," kata dr Fenty.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement