REPUBLIKA.CO.ID, QUEBEC -- Perdana Menteri Quebec, Kanada, Francois Legault terkejut dengan sejumlah komentar penuh kebencian yang membanjiri unggahan di laman Facebook-nya. Sang PM dihujat setelah ia mempublikasikan pesan mendukung komunitas Muslim di Quebec.
Di laman media sosialnya itu, Legault mengunggah foto-foto saat menghadiri acara peringatan ketiga dari tragedi penembakan di Masjid Kota Quebec. Acara yang digelar pada Rabu lalu itu dalam rangka memperingati peristiwa penembakan yang menewaskan enam orang pada 29 Januari 2017.
Pada Rabu malam, sebuah pesan diunggah ke Facebook resmi Legault yang menyatakan Quebec tidak kebal terhadap kebencian, namun masyarakatnya berdiri dalam solidaritas dengan Muslim di provinsi tersebut. Sejak itu, Facebook Legault dibanjiri komentar penuh kebencian yang menargetkan komunitas Muslim.
Legault lantas membuat pernyataan kepada La Presse di Montreal, yang isinya mengatakan kebencian dan intoleransi tidak memiliki tempat di Quebec. Berbagai komentar itu pun dikecam oleh jajaran menteri di Quebec, termasuk oleh Menteri Transportasi Francois Bonnardel, Menteri Ekonomi Pierre Fitzgibbon dan Menteri Hubungan Internasional Nadine Girault. Bonnardel mengatakan, beberapa masyarakat di provinsi itu perlu dididik lebih baik.
"Ada beberapa gaya pembelajaran (pedagogi) yang perlu dilakukan. Ada masalah dengan orang-orang tertentu yang berani berpikir begitu, yang berani menulis itu," kata Bonnardel kepada wartawan di St-Sauveur, Quebec, dilansir di Global News, Ahad (2/2).
Fitzgibbon mengatakan Quebec perlu menerima keberagaman. Pada November lalu, Legault mendapat komentar positif di halaman Facebook-nya karena menyetujui reformasi imigrasi yang kontroversial di pemerintahnya. Akan tetapi dalam pernyataannya kepada La Presse, ia mencatat sifat manusia yang terbaik dan terburuk itu dipajang di media sosial.
"Ada sebagian kecil orang yang secara sistematis menggunakan media sosial sebagai megafon untuk menyebarkan kebencian mereka. Kita harus mengecam mereka. Mereka tidak mewakili Quebec," ujarnya.
Staf PM berupaya menghapus unggahan dan komentar yang bernada menyinggung atau berisi ujaran kebencian tersebut. Namun, unggahan demikian masih muncul pada Jumat (31/1) pagi lalu.