REPUBLIKA.CO.ID, PALEMBANG -- Pembangunan jalan Tol Trans-Sumatera ruas Indralaya-Prabumulih, Sumatera Selatan, sepanjang 65 km molor dari target yang ditetapkan. Pasalnya, hingga kini lahan untuk pembangunan jalan tol belum tersedia.
Manajer Proyek PT Hutama Karya, Hasan Turcahyo, mengatakan, semula pekerjaan fisik proyek ini ditargetkan mulai dikerjakan pada awal 2020. Namun hingga kini pembebasan lahan belum berjalan sesuai rencana meski pencanangan proyek sudah dilakukan pada 9 April 2019.
“Pada prinsipnya, Hutama Karya sudah siap, mulai dari kesiapan dana kontraktor yang sudah tersedia sejak Agustus hingga peralatannya,” kata Hasan, Ahad (2/2).
Ia mengatakan, pembebasan lahan terkendala persoalan teknis, yakni ketika dilakukan pengukuran di lokasi ternyata banyak pihak yang mengaku sebagai pemilik. Lahan itu ada yang dimiliki warga, perusahaan perkebunan sawit swasta hingga perkebunan tebu milik BUMN.
Terlepas dari persoalan tersebut, HK sangat menyayangkan kondisi ini mengingat sejak pencanangan pada tujuh bulan lalu dilakukan proses lanjutan yang relatif cepat. Penetapan lokasi sudah dilakukan pada 10 Juli 2019 dan pendelegasian tugas ke Kantor Pertanahan Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Ogan Ilir pada 6 Agustus 2019.
“Kini, kami menunggu pembebasan lahan lanjutan yang sudah dilakukan sejak Oktober 2019. Dananya sudah tersedia di Kementerian PUPR, tinggal lagi proses di BPN,” kata dia.
Hutama Karya bakal menggarap ruas Tol Indralaya-Prabumulih sepanjang 65 kilometer. Selanjutnya, untuk ruas Prabumulih-Muara Enim bakal dikerjakan oleh Waskita Karya sehingga total panjang ruas Tol Indralaya-Muaraenimmencapai 119 km.
Sejauh ini, Hasan menambahkan penetapan lokasi (penlok) untuk jarak tempuh 0 km (KM 0) hingga 10 km (KM 10) sudah dilakukan. Sementara untuk KM 10 hingga KM 65 masih proses pendataan awal untuk penerbitan penlok.
“Jika berjalan sesuai rencana maka penlok untuk KM 10 hingga KM 65 diperkirakan dapat dilakukan pada Juni 2020,” kata dia.
Pembangunan jalan Tol Indralaya-Muaraenim diperkirakan menelan dana sekitar Rp 24,10 tirliun yang berasal dari ekuitas perusahaan senilai Rp 16,87 triliun atau 70 persen dari total investasi dan sisanya Rp 7,20 triliun dari pinjaman. Pelaksanaan konstruksi ditargetkan rampung pada 2022.
Ruas Indralaya-Muaraenim nantinya tersambung hingga Muaraenim-Bengkulu sehingga akan menyambungkan Provinsi Sumatera Selatan dan Bengkulu. Di provinsi tersebut, pengerjaan sudah dimulai ke arah Lubuk Linggau, tepatnya di STA 0 sampai 17,85 di wilayah Taba Penanjung.