Ahad 02 Feb 2020 15:56 WIB

Filipina Lacak Interaksi Korban Meninggal Corona

Sebelum meninggal korban corona kunjungi tiga provinsi di Filipina.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Indira Rezkisari
Pekerja menyiapkan area karantina bagi pasien dengan sejarah kepergian ke China serta memiliki gejala corona, di sebuah RS swasta di Manila, Filipina, Jumat (31/1). Pada Ahad (2/2), Filipina melaporkan kasus kematian corona pertama.
Foto: AP
Pekerja menyiapkan area karantina bagi pasien dengan sejarah kepergian ke China serta memiliki gejala corona, di sebuah RS swasta di Manila, Filipina, Jumat (31/1). Pada Ahad (2/2), Filipina melaporkan kasus kematian corona pertama.

REPUBLIKA.CO.ID, HANOI -- Pemerintah Filipina bergerak cepat mengidentifikasi orang-orang yang melakukan kontak dengan orang pertama yang meninggal akibat virus corona baru di Filipina, Ahad (2/2). Pria yang berasal dari Wuhan, China, yang berada di Filipina itu telah mengunjungi tiga provinsi setibanya dari Hong Kong.

Pria berusia 44 tahun ini bepergian dengan seorang wanita berusia 38 tahun, yang merupakan orang pertama di Filipina yang dikonfirmasi mengidap virus corona jenis baru (2019-nCoV). Kedua orang tersebut diketahui mengunjungi Cebu, Negros Oriental, serta Manila.

Baca Juga

Otoritas Kesehatan Filipina mencoba menghubungi karyawan hotel tempat pasangan itu tinggal dan melacak penumpang yang berada dalam penerbangan yang sama. Keputusan ini diambil dalam upaya cepat menghentikan infeksi menyebar lebih luas.

Sekretaris Kesehatan Filipina Francisco Duque mengatakan, pasien laki-laki itu telah menunjukkan tanda-tanda peningkatan sejak teridentifikasi. Namun, kondisi semakin  memburuk 24 jam sebelum kematiannya dan meninggal karena pneumonia parah.

"Kami saat ini bekerja dengan Kedutaan Besar China untuk memastikan pengelolaan mayat yang bermartabat sesuai dengan standar nasional dan internasional untuk mengatasi penyakit ini," kata Duque.

Presiden Filipina Rodrigo Duterte  mengumumkan larangan sementara terhadap semua wisatawan non-Filipina yang tiba dari China dan daerah otonomnya. Keputusan ini dilakukan setelah kemarahan publik yang meningkat atas respons pemerintah terhadap wabah dan seruan untuk tindakan lebih keras. Filipina telah menawarkan pemulangan sukarela warganya di China, dengan penerbangan yang akan dilakukan pekan depan.

Tes untuk mendeteksi 2019-nCoV di Filipina pada awalnya dilakukan di Australia karena ada kekhawatiran kekurangan kapasitas untuk mengidentifikasi virus. Namun, pejabat negara itu sekarang memiliki alat tes sendiri.

Secara total, dua kasus telah dicatat di Filipina, meskipun hasil tes dalam 10 kasus lebih lanjut belum dapat dikonfirmasi. Advokat reformasi kesehatan masyarakat Dr Tony Leachon mengatakan, pemerintah Filipina terlalu lamban untuk memberlakukan larangan perjalanan.

"Negara-negara harus melanggar protokol untuk menyelamatkan rakyat mereka. Dalam epidemi, virus tidak dapat bertahan tanpa tuan. Jadi kita perlu membatasi perjalanan orang yang menyebabkan infeksi. Itu daratan China," ujar Leachon dikutip dari The Guardian.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement